Loading...
EKONOMI
Penulis: Reporter Satuharapan 22:46 WIB | Rabu, 14 Desember 2016

BI: Penguatan Rupiah Didorong Squaring Manajer Investasi

Ilustrasi. Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (14/12). Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia mencapai 5,6 persen pada tahun 2016. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan prediksi sebelumnya yang mencapai 5,7 persen untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia untuk tahun 2017 mendatang. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardoyo menilai penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir didorong oleh `squaring` (transaksi penyelesaian) oleh para manajer investasi.

"Penguatan rupiah yang terjadi sekarang ini lebih banyak karena fund manager (manajer investasi) termasuk `hedge fund` itu yang sedang melakukan `squaring` di akhir tahun dan mereka mempersiapkan diri untuk inaugurasinya (pengukuhan secara resmi) dari Presiden Amerika Serikat terpilih, dalam hal ini Presiden Trump," ujar Agus usai rapat kerja dengan Komisi XI di Jakarta, hari Rabu (14/12).

Hedge Fund adalah suatu dana yang dikumpulkan dari nasabah yang biasanya berasal dari lapisan atas, dikelola secara privat (sehingga tidak dibatasi oleh aturan-aturan investasi layaknya suatu reksa dana) oleh manajer investasi.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Rabu ini mencapai Rp 13.285 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp 13.309 per dolar AS. Sebelumnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat melemah pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45.

Terkait dengan rencana kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS The Fed (Fed Fund Rate) yang kemungkinan besar akan dilakukan pada Rabu ini, Agus mengamini hal tersebut dan menyatakan BI akan tetap mewaspadai dampak dari kebijakan The Fed.

"Kita akan tetap lihat, waspadai , tetapi pelaku pasar sudah memasukkan kenaikan Fed Fund Rate sebanyak 25 bps (basis poin). Sekarang yang menjadi perhatian bagaimana di 2017? Sebelumnya, pandangan kita adalah kenaikan dua kali dalam satu tahun, tapi mungkin ini bisa empat kali dalam satu tahun, jadi ini mungkin akan menjadi pembahasan," kata Agus.

Agus juga menilai, hasil pertemuan organisasi negara-negara pengekspor minyak atau OPEC beberapa waktu lalu yang menyepakati pengurangan produksi minyak, juga tetap perlu menjadi perhatian.

Bahkan, lanjut Agus, Arab Saudi mengatakan akan memberikan penurunan secara cukup besar terhadap produksi minyak sehingga membuat harga minyak lebih baik dan ada dikisaran 52 dolar per barel. 

"Kondisi ini yang menjadi perhatian kita, tapi di dalam Indonesia semua terjaga dengan baik. Nanti setelah RDG (Rapat Dewan Gubernur) besok kita akan bisa memberikan informasi," ujar Agus.

Agus menegaskan, bank sentral akan terus menjaga stabilitas moneter mengingat kondisi ekonomi AS menunjukkan perkembangan yang baik dari sisi inflasi dan lapangan kerja, yang diperkirakan akan berdampak ke dunia.

"Karena itu, kita persiapkan dengan baik dan jaga stabilitas moneter," ujarnya. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home