Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 16:55 WIB | Jumat, 15 Januari 2016

BKPM Fasilitasi Investasi Smelter Tiongkok Rp 8,2 Triliun

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani. (Foto: Dok. satuharapan.com)

JAKARTA,SATUHARAPAN.COM – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memfasilitasi investasi eksisting dari Tiongkok di bidang smelter dengan nilai investasi mencapai 612 juta dolar AS (atau sekitar Rp 8,2 triliun, kurs Rp 13.500 per dolar AS).

"Jadi induk perusahaan di Tiongkok memiliki sembilan perusahaan patungan di Indonesia termasuk pengembangan industri smelter dan PLTU di Morowali, Sulawesi Tengah," kata Kepala BKPM, Franky Sibarani, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, hari Jumat (15/1).

Ia menjelaskan, investor terkait memiliki kapasitas produksi smelter nikel sebesar 300.000 ton dan PLTU dengan kapasitas mencapai 130 MW (2 x 65 MW).

"Investasi yang dilakukan cukup penting, karena merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang mengolah feronikel menjadi `stainless steel`," katanya.

Menurut Franky, investor terkait menyampaikan beberapa kendala terkait kegiatan operasional mereka di Indonesia mulai dari mendapatkan bahan baku, masalah pajak dan insentif investasi, serta tenaga kerja.

Menanggapi hal tersebut, lembaga itu akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga teknis terkait untuk mencarikan solusi dari persoalan yang diidentifikasi dari pertemuan dengan perwakilan induk perusahaan tersebut

"Contohnya, perusahaan kesulitan memperoleh bahan baku dari provinsi lain karena ada peraturan yang tidak memperbolehkan mengambil bahan baku dari satu provinsi ke provinsi lain. Kami akan mengusulkan kepada kementerian terkait agar pelarangan penjualan bahan baku hasil tambang antar provinsi dihapus, karena hal tersebut melanggar UU," lanjutnya.

Selain itu, terkait dengan persoalan kuota tenaga kerja asing yang menyamaratakan antara perusahaan yang investasinya kecil dan perusahaan yang investasinya besar, akibatnya banyak perusahaan-perusahaan besar melakukan investasinya secara bertahap.

Franky mengemukakan perusahaan memohon kepada pemerintah Indonesia agar perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai investasinya besar dapat diberikan secara proporsional.

"Jadi harapannya yang investasinya lebih banyak mendapatkan kuota lebih besar. Ini akan kami komunikasikan dengan kementerian terkait," katanya.

Bidang usaha smelter termasuk yang cukup diminati oleh investor asal Tiongkok. Beberapa investasi dari negeri tirai bambu yang sedang dalam masa konstruksi merupakan investasi di bidang smelter.

Selain di Morowali, terdapat investasi smelter dari Tiongkok di Bantaeng, Sulawesi Selatan senilai Rp1,7 triliun. Sementara industri smelter berdasarkan data realisasi investasi Januari-September 2015 di Indonesia mencapai angka Rp12,1 triliun dari 170 proyek. (Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home