Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta Widiadi 07:34 WIB | Selasa, 28 Oktober 2014

BN Marbun, Pencetus Titik Balik Kebangkitan PSH

Perwakilan keluarga BN Marbun, sang istri Eva Marbun, kedua putranya Nicolas dan Julian (kiri) menerima kenang-kenangan dari Baktinendra Prawiro (kanan), Senin (27/10). (Foto: Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Benedictus Nahot Marbun, mantan Direktur Penerbit PT Pustaka Sinar Harapan dianggap sebagai pencetus titik balik kebangkitan perusahaan yang berada di bawah naungan PT Sinar Kasih ini.

Pernyataan ini dikemukakan Sujud Swastoko, Direktur Penerbit PT Pustaka Sinar Harapan pada Senin (27/10) dalam acara pujian, kesaksian dan pengucapan syukur bagi dalam rangka mengenang almarhum Benedictus Nahot Marbun. di Gedung Sinar Kasih, Lantai 6, Jakarta Timur.

“Pak BN Marbun tidak hanya memberi warna dalam PT Pustaka Sinar Harapan, tetapi dia juga memberi garis balik kebangkitan antara kepemimpinan yang lama kepada yang baru,” kata Sujud.

Benedictus Nahot Marbun lahir pada 28 Februari 1936 di Sihikkit, Provinsi Sumatera Utara dan meninggal dunia pada 30 April 2014 di Heidelberg, Jerman. Sepanjang hayat laki-laki yang akrab disapa Pak Ben Marbun ini sempat mencicipi kursi “wakil rakyat” yakni sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta pada 1977 hingga 1982, selanjutnya menjadi anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) RI dua periode yakni mulai dari 1987 hingga 1992, kemudian mulai dari 1992 hingga 1997.

Saat menjadi “wakil rakyat” kesibukan menulis BN Marbun sempat terhenti namun dia memiliki kecintaan besar terhadap dunia tulis-menulis sehingga pada 1990 dia resmi memiliki saham di Pustaka Sinar Harapan, kemudian pada 1996 dia mengeluarkan karya yakni berupa buku berjudul DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. Dalam buku tersebut dia menuliskan kisah-kisahnya menjalani kehidupan politiknya. BN Marbun juga di tahun tersebut melahirkan karya lainnya berjudul Kamus Politik.

Sujud mengibaratkan BN Marbun sebagai pencetus titik balik kebangkitan PSH. Menurutnya, Marbun senantiasa rajin menyiram tanaman dengan konsisten dan teratur sehingga berbunga dan rindang.

Acara mengenang kepergian BN Marbun dihadiri pihak keluarga, Eva Marbun (istri), Nicolas Marbun dan Julian Marbun (kedua putra BN Marbun), rekan-rekan sesama alumni studi BN Marbun di Eropa, para mantan penulis yang pernah menulis buku di PT. Pustaka Sinar Harapan.

BN Marbun dengan penuh kesabaran dan ketelitian, menurut Sujud, bisa menata dengan baik manajemen Penerbit PT Pustaka Sinar Harapan.

“Saya melihat bahwa ada masa transisi sebuah tanaman di mana ada momen sebuah tanaman tidak bagus, tetapi ada juga masa tanaman kering. Nah, saudara-saudara sekalian saya melihat kehadiran BN Marbun saat itu (masa krisis) sangat tepat, nah kalau tadi MC (Master Ceremony) kalau Pak Marbun dipaksa menjadi direktur pada masa krisis seperti itu dengan tujuan PT Pustaka Sinar Harapan ini bangkit kembali,” Sujud menambahkan. “Dari yang lama (keadaan krisis) menjadi yang baru (penuh pengharapan),” kata Sujud.

Sujud teringat saat BN Marbun pernah berpesan kepada dia saat menerima tongkat estafet kepemimpinan pada 2013 bahwa perusahaan ini akan bisa maju, dan itu yang menurut keyakinannya akan segera maju.

“Kalau mau maju harus merontokkan daun-daun yang kering terlebih dahulu, dalam artian kalau sebuah perusahaan ingin maju maka harus melalui ‘kesakitan’ terlebih dahulu, agar menjadi sebuah perusahaan penerbitan buku yang bernapaskan kekristenan,” Sujud mengakhiri penyampaian kesan-kesannya tentang BN Marbun.

Kesehatan BN Marbun terganggu pada 2013, dan dia memutuskan mengundurkan diri dari posisi direksi pada 16 Mei 2013, dan saat itu dia pernah dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta. BN Marbun kemudian memutuskan berkumpul dengan keluarganya yang sejak lama menetap di Jerman.

Harapan yang besar kepada PT Pustaka Sinar harapan juga dikemukakan Baktinendra Prawiro, salah satu pemegang saham PT Sinar Kasih, dia meyakini perusahaan penerbitan ini memiliki tanda-tanda akan menggeliat, dan mudah-mudahan dengan adanya tanda-tanda kebangkitan maka akan ada semangat bekerja di antara karyawan-karyawannya.

“Pak (BN) Marbun memiliki tugas berat saat itu, yakni menyehatkan PT. Pustaka Sinar Harapan dan semua orang sudah tahu bahwa karya-karya intelektual yang berbobot adalah hasil karya BN Marbun," kata Baktinendra.

Baktinendra menambahkan bahwa BN Marbun mewariskan intellectual legacy yang baik Indonesia karena menerbitkan buku-buku yang mencerdaskan bangsa dan bernapaskan Kristiani.

Selama 25 tahun (mulai dari 1971 hingga 1996) dia menjadi staf profesional di Lembaga Pembinaan Pengembangan Manajemen. Berbagai posisi yang pernah dia jabat mulai dari hubungan masyarakat, bagian penerbitan, staf pengajar, bahkan direktur. tidak hanya itu BN Marbun pernah bergabung dalam jajaran pengurus Yayasan Bina Swadaya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home