Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 07:35 WIB | Selasa, 02 Februari 2016

Brotowali, Harapan bagi Penderita Diabet

Brotowali (Tinospora crispa). (Foto: kesekolah.com)

SATUHARAPAN.COM – Brotowali, juga dituliskan bratawali, hanya dikenal masyarakat tertentu di Indonesia. Namun, brotowali sangat dikenal warga asli Filipina. Mereka menamakan makabuhai, yang artinya “memberikan kehidupan”,  dan memanfaatkannya sebagai obat segala macam penyakit.

Secara turun-temurun, dikutip dari tropical.theferns.info, masyarakat adat Filipina memanfaatkannya sebagai jamu dengan cara merebusnya, ataupun dalam bentuk bubuk, untuk mengobati demam, sakit perut, diare, obat pencernaan, hingga mengobati penyakit gila.

Di kawasan Indo-Cina, semua bagian tumbuh-tumbuhan dari brotowali dipakai sebagai obat demam sebagai pengganti kina.

Tak jauh berbeda, di Indonesia, brotowali, yang juga dikenal dengan nama akar aliali, adalah tanaman obat tradisional yang biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar di hutan. Dikutip dari buku Dr A Seno Sastroamidjojo, Obat Asli Indonesia, tumbuhan yang juga dikenal dengan nama daerah andawali, antawali, putrawali, atau daun gadel ini, tak jauh berbeda dengan di Filipina, juga sejak lama dimanfaatkan sebagai obat sakit perut, obat diare, juga obat cacing dan sakit pinggang. Sebagai obat luar, brotowali juga dimanfaatkan sebagai obat kudis.

Di Bali, batang brotowali dipakai mengobati sakit perut, demam, sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit punggung dan pinggang.

Brotowali, yang memiliki nama ilmiah Tinospora crispa (L.) Miers ex Hoff.f., juga Tinospora cordifolia (Thunb.) Miers dan T. rumphii Boerl.), dan Tinospora perculata Beumee, adalah tanaman obat tradisional yang biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar di hutan.

Tumbuhan perdu memanjat ini menyukai tempat panas. Batangnya sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat, pahit rasanya. Brotowali berdaun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak bundar seperti telur dengan ujung lancip. Bunganya kecil, berwarna hijau muda.

Brotowali juga dapat diperbanyak dengan stek.

Tanaman yang termasuk dalam famili tanaman Menispermaceae ini, seperti dikutip dari Wikipedia, kaya kandungan kimia, antara lain alkaloid (berberina dan kolumbina yang terkandung di akar dan batang), damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, hars, berberin, palmatin, kolumbin (akar), dan kokulin (pikrotoksin).

Melihat senyawa yang dikandungnya, brotowali memiliki banyak manfaat dalam kesehatan, terutama penyembuhan berbagai penyakit dalam maupun luar. Pemanfaatan dari tanaman brotowali ini banyak terdapat pada bagian batang tanaman. Biasanya bagian batang tanaman direbus terlebih dahulu kemudian air rebusan itu dipakai untuk mencuci luka.

Kulit batang brotowali mengandung zat-zat seperti alkaloid dan damar lunak berwarna kuning.

Akarnya, mengutip dari Obat Asli Indonesia, mengandung zat berberin dan kolumbin. Kandungan alkaloid berberina ini berguna untuk membunuh bakteri pada luka.

Sementara zat pahit pikroretin dapat merangsang kerja urat saraf, menyebabkan alat pernapasan bekerja dengan baik dan menggiatkan pertukaran zat, sehingga dapat menurunkan panas.

Selain sebagai obat, brotowali juga berfungsi sebagai penambah nafsu makan. Penemuan pada abad ke-20 menyebutkan brotowali menurunkan kadar gula dalam darah, rheumatic arthritis, rheumatik sendi, dan malaria.

Penelitian Hamdan Noor dan Stephen JH Ashcroft seperti dimuat di dalam sciencedirect.com,  menguatkan penelitian sebelumnya, batang brotowali menyimpan khasiat besar sebagai obat diabetes mellitus.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home