Loading...
BUDAYA
Penulis: Tunggul Tauladan 05:16 WIB | Kamis, 20 Agustus 2015

Dandan Jadi Tajuk FKY ke-27

Sekda DIY, Ichsanuri menggelitik telinga penampil Limbuk dengan bulu merak sebagai simbolisasi bahwa FKY ke-27 resmi dibuka. (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Tema “Dandan” menjadi kata yang dipilih dalam perhelatan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-27. Dalam Bahasa Jawa, “dandan” memiliki dua makna, yaitu bersolek atau mempercantik diri dan berbenah. Lewat makna inilah, FKY berupaya untuk menata diri, tak hanya di bidang seni, namun juga untuk bidang lainnya.

Berbeda dengan perhelatan FKY sebelumnya yang selalu dipusatkan di Kota Yogyakarta, pada jilid ke-27 ini, FKY memilih Taman Kuliner di Kabupaten Sleman sebagai pusat kegiatan sekaligus venue pembukaan. Dalam pembukaan FKY pada Rabu (19/8) malam, tema “dandan” diangkat dengan makna yang lebih luas, yaitu eDAN-eDANan (gila-gilaan).

“Terus terang saja kalau kita melihat beban pusat kota memang luar biasa, semuanya macet. Tapi dengan suasana malam ini, animo masyarakat yang menyaksikan luar biasa. Harapan saya, ke depan event ini dapat dilaksanakan seperti ini, mungkin bergiliran tempat di kabupaten yang lain,” demikian disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Drs. Ichsanuri yang hadir untuk mewakili Gubernur DIY, Sri Sultan HB X.

Ichsanuri berharap bahwa melalui perhelatan FKY ini dapat memberikan dampak berupa pencerahan kepada masyarakat tentang budaya yang adiluhung. FKY dapat dijadikan tuntunan kepada masyarakat yang kini mulai “terdidik” oleh tayangan televisi, yang mungkin, kurang sesuai dengan akar budaya bangsa.

“Saya berharap FKY dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa kita masih mempunyai budaya yang adiluhung, yang dapat kita pakai sebagai tuntunan hidup kita. Jangan sampai generasi muda kita dididik oleh televisi, oleh film, oleh sinetron, dan apa saja yang pada intinya kadang-kadang lepas dari akar budaya kita semua,” tambah Ichsanuri.

Tema “Dandan” yang dipilih dalam perhelatan FKY ke-27 kali ini tampaknya tak sekadar upaya untuk berhias dan menata diri, namun lebih luas daripada itu, yaitu sebagai upaya untuk melakukan kritik terhadap kondisi di Yogyakarta. Hal ini terlihat dari banyaknya penampil yang berpakaian laksana orang gila, dengan menarikan tarian laksana orang kurang waras, namun sarat dengan kritik sosial.

Sebagai contoh, secara simbolis FKY dibuka oleh Drs. Ichsanuri dengan menggelitikkan bulu merak ke telinga penampil yang berdandan laksana orang gila (edan-edanan). Sisi simbolisasi tersebut setidaknya memuat makna bahwa bulu yang lebih diidentikan dengan lentik dan lembut sekalipun bisa menggelitik orang.

FKY akan berlangsung pada 19 Agustus hingga 5 September 2015. Tempat-tempat pelaksanaan FKY juga disebar di beberapa titik, mulai dari Panggung Krapyak, Sasano Hinggil, Jembatan Sardjito, eks Bioskop Permata, hingga Taman Kuliner. Beragam acara juga telah disiapkan, seperti pameran para perupa muda, panggung seni, pasar seni, panggung senyap, video mapping, hingga panggung edan-edanan. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home