Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 20:32 WIB | Senin, 25 September 2023

Di Forum PBB, Indonesia Berkomitmen Akhiri TBC

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin padaPertemuan PBB High Level Meeting on Fights against Tuberkulosis (HLMTB) di New York, Jumat (22/9). (Foto: Humas Kemkes)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan bahwa ukuran sebenarnya dari kesuksesan mengakhiri TBC di Indonesia adalah nyawa yang diselamatkan.

Budi mengungkapkan keseriusan Indonesia untuk akhiri TBC dilakukan mulai dari menciptakan gerakan di level akar rumput hingga kerjasama di level Internasional.

Komitmen Indonesia dalam mengakhiri tuberkulosis (TBC) dibuktikan dengan dicapainya notifikasi kasus tertinggi dalam sejarah Indonesia. Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada tahun 2022, naik dari 568.000 kasus sebelum pandemi, katanya dalam Pertemuan PBB High Level Meeting on Fights against Tuberkulosis (HLMTB) di New York, Jumat (22/9).

Dikatakan, Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden tentang pengendalian TBC pada tahun 2021, yang merupakan komitmen politik tertinggi untuk mengakhiri TBC. Dan melakukan koordinasi dan sinkronisasi antar 15 kementerian yang berbeda.

“Kami juga berkolaborasi dengan masyarakat dan kader kesehatan, kami melakukan investigasi kontak pada 300.000 populasi berisiko tinggi dan membentuk Pasukan TBC untuk memantau pasien yang mangkir,” katanya.

“Indonesia mendorong inovasi dalam diagnostik TBC, kami meningkatkan surveilans TBC, serta menggunakan 3 jenis diagnostik berbasis PCR dengan memanfaatkan lebih dari 1.000 laboratorium BSL-2 yang sebelumnya didedikasikan untuk COVID-19.”

Indonesia juga menjadi salah satu negara pertama di Asia yang menerapkan pengobatan BPaL (Bedaquiline, Pretomanid, dan Linezolid) dan BPaLM (bedaquiline, pretomanid, linezolid dan moksifloksasin) untuk TBC yang resisten terhadap obat secara nasional, sehingga secara signifikan dapat mengurangi durasi pengobatan, dan meningkatkan hasil pengobatan pada pasien yang resisten terhadap obat, kata Budi.

“Indonesia mendorong inovasi dalam diagnostik TBC, kami meningkatkan surveilans TBC, serta menggunakan tiga jenis diagnostik berbasis PCR dengan memanfaatkan lebih dari 1.000 laboratorium BSL-2 yang sebelumnya didedikasikan untuk COVID-19.

 dan BPaL untuk TBC yang resisten terhadap obat secara nasional, sehingga secara signifikan dapat mengurangi durasi pengobatan, dan meningkatkan hasil pengobatan pada pasien yang resisten terhadap obat, lanjut Menkes Budi.

Indonesia juga secara aktif berkontribusi pada tiga uji klinis vaksin baru TBC. Bersama Bill & Melinda Gates Foundation dan GlaxoSmithKline untuk uji klinis fase tiga vaksin protein rekombinan. Kedua bersama BioNTech dan Biofarma untuk uji klinis fase satu vaksin mRNA. Dan ketiga bersama CanSinoBio dan Ethane: untuk uji klinis fase satu vaksin berbasis virus-vektor.

Indonesia bersama nigeria, Filipina dan Polandia menginisiasi terbentuknya aliansi negara yg memperjuangkan investasi global untuk inovasi agar dapat menemukan alat yang lebih efektif, setara dan terjangkau dengan teknologi terbarukan.

Indonesia bersama Brazil juga duduk sebagai Co Chair pada Dewan Akselerator Vaksin TBC WHO. Selain itu Indonesia juga bekerja sama dengan Komunitas TB global di 11 negara untuk berpartisipasi dalam Koalisi Pemimpin untuk mengakhiri TBC.

UN High Level Meeting on Fight against Tuberculosis (HLMTB) adalah proses yang berlangsung setiap lima tahun untuk memantau pencapaian target global dalam upaya eliminasi tuberkulosis di tingkat global dan nasional. Indonesia adalah pelopor dalam agenda TBC di G20 dan menjadi negara pertama yang memiliki aturan yang ditetapkan oleh Kepala Negara.

UN HLMTB pada tahun ini juga akan menghasilkan Political Declaration HLMTB 2023 sebagai outcome dan komitmen dalam lima tahun mendatang.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home