Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 15:15 WIB | Kamis, 04 Februari 2016

Ditemukan Penularan Zika Melalui Hubungan Seks

Bayi yang mengalami pengecilan kepala dan otak (microcephaly). (Foto: dari Gizmondo.com)

SATUHARAPAN.COM – Kasus penularan virus Zika melalui hubungan seks yang ditemukan di wilayah tropis Amerika telah menimbulkan kegelisahan di kalangan orang-orang biasa dan parta ahli di bidang ini.

Ada kasus tunggal yang dilaporkan hari Selasa (2/2), menurut AFP, tentang penularan virus Zika pada seorang dari Texas oleh pasangannya yang kembali dari Venezuela. Ini hanya kasus kedua yang dilaporkan mengenai  transmisi virus melalui hubungan seksual sejak virus Zika ditemukan pada tahun 1947.

Kasus ini memperjelas betapa sedikit yang diketahui tentang virus ini yang beredar luas di Amerika Latin dan Karibia. Virus ini diduga keras menyebabkan lonjakan jumlah bayi mengalami kerusakan otak yang disebut microcephaly (pengecilan otak).

Kasus ini menimbulkan banyak pertanyaan baru tentang infeksi tersebut, yang sejauh ini tidak berbahaya bagi kebanyakan orang dan sering tanpa gejala.

Berbagai pertanyaan masih belum menemukan jawaban tentang berapa lama virus hidup dalam sperma? Dapatkah orang tanpa gejala menyebarkan virus Zika? Bagaimana tingkat risiko terkait hubungan ?

Apa Kata Ahli?

Beberapa hal berikut adalah apa yang pernah dikatakan para ahli. "Pada tahun 2008, seorang ilmuwan Amerika dalam perjalanan ke Senegal terinfeksi virus Zika dan diperkirakan telah menularkan pada istrinya melalui kontak seksual di rumah settelah kembali. Virus Zika juga telah ditemukan dalam air mani dari seorang individu yang terinfeksi pada 2013 ketika mewabah di Polinesia Prancis.

"Informasi yang kami miliki, potensinya sekitar satu juta kasus virus Zika ditularkan oleh nyamuk (juga dalam wabah saat ini) ketimbang dua kasus penularan melalui seks, risiko tambahan juga kecil," kata Ed Wright, dosen senior dalam mikrobiologi kedokteran di University of Westminster.

"Virus Zika penyakit yang terutama menyebar melalui gigitan nyamuk (yang perl dicegah dengan perlindungan dari digigit nyamuk)," menurut Michael Bonsall, profesor biologi dan matematika pada University of Oxford.

"Cara penularan ini mungkin cukup langka (dibandingkan dengan penyebaran oleh nyamuk) yang dampaknya kecil pada penyebaran wabah. Penelitian lebih lanjut jelas dibutuhkan dalam hal ini," kata Matius Baylis, Institut Infeksi dan Kesehatan Global, University Liverpool.

 "Tindakan penting dari kasus ini adalah untuk memastikan bahwa semua orang di negara yang terkena dampak dan wisatawan yang kembali dari daerah yang terkena memastikan mereka melakukan seks secara aman dan menggunakan kondom, terutama jika mereka tidak sehat dengan gejala terinfeksi  virus Zika." Ini bisa termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot atau sendi, dan ruam, kata pakar penularan penyakit dari Imperial College London, Nathalie MacDermott, melalui Science Media Centre di London.

"Tidak ada informasi yang sistematis pada durasi ekskresi virus dalam sekresi seksual, dan penelitian dibutuhkan untuk mendokumentasikan apakah tetap menular dalam beberapa minggu. Ini pada orang dewasa  yang terionfeksi virus Zika dan disarankan mengikuti rekomendasi menggunakan kondom sampai informasi lebih lanjut tersedia," kata Luis Cuevas, dari Liverpool School of Tropical Medicine.

"Implikasi utama adalah bahwa seks tanpa kondom harus dihindari baik ketika mengunjungi daerah yang terkena dampak, dan juga setelah sembuh dari penyakit demam dalam kunjungan ke daerah tersebut sampai adanya virus dalam cairan mani bisa dikonfirmasi,"  kata Derek Gatherer, peneliti virus pada Lancaster University.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home