Loading...
SAINS
Penulis: Tunggul Tauladan 08:14 WIB | Selasa, 28 Januari 2014

Donor Mata Masih Langka di Yogyakarta

Siti Sundari, Sp S., M.Kes. pembicara dalam Seminar “Gerakan Jogja Bebas Buta Kornea” di Balai Kota Yogyakarta pada Sabtu, (25/1). (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kesadaran masyarakat Yogyakarta untuk menjadi pendonor mata masih rendah. Padahal donor mata bisa dilakukan oleh seseorang ketika dia telah meninggal. Ketidaktahuan masyarakat mengenai kebutaan kornea, salah faham mengenai konsep donor kornea, prosedur donor dan cangkok kornea, serta aspek agama kemungkinan menjadi alasannya.

Kondisi ini terungkap dalam seminar "Gerakan Jogja Bebas Buta Kornea" yang digelar Jogja Eye Help bekerjasama dengan Bank Mata Indonesia cabang Daerah Istimewa Yogyakarta pada Sabtu (25/1) di Yogyakarta.
 
Data dari Bank Mata Yogyakarta menyebutkan, jumlah calon donor mata yang terdaftar di Bank Mata Yogyakarta hingga 30 Januari 2013 sebanyak 1.724 orang. Namun, dari jumlah tersebut hanya sekitar 350 anggota saja yang dinyatakan aktif. Faktor utama terjadinya perbedaaan antara data dan kenyataan di lapangan ini dikarenakan adanya perubahan domisili sehingga Bank Mata Yogyakarta mengalami putus komunikasi. 
 
Yang lebih memprihatinkan lagi, hingga tahun 2013, jumlah calon pendonor yang mendaftarkan diri ke Bank Mata Yogyakarta terus menerus mengalami penurunan. Sebagai contoh, pada 2011, jumlah pendonor yang mendaftarkan diri mencapai 35 orang. Pada 2012 menurun menjadi 19 orang. Dan pada Juli 2013, jumlah pendonor yang telah mendaftar hanya empat orang. 
 
Dalam setahun, kebutuhan akan kornea di Yogyakarta masih cukup tinggi. Data dari Rumsah Sakit dr. Sardjito menyebutkan, dalam rentang waktu antara tahun 2012-2013, jumlah orang yang membutuhkan kornea mencapai 120 orang. Ironisnya, dari jumlah tersebut, Rumah Sakit dr. Sardjito hanya berhasil memenuhi kurang dari 5 kornea dalam setahun.
 
“Kami hanya mampu mencangkok kurang dari lima kornea dalam setahun. Itupun kornea impor yang biasanya didatangkan dari Filipina dan Amerika Serikat,” kata Prof. dr. Suhardjo, SU, Sp. M (K), Wakil Bank Mata Yogyakarta, salah satu pembicara seminar. 
 
Kebutuhan yang cukup banyak akan kornea tersebut ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan kornea yang siap untuk dicangkokkan. Padahal di Yogyakarta telah ada dua rumah sakit yang mampu untuk melakukan operasi pencangkokan, yaitu Rumah Sakit dr. Sardjito dan Rumah Sakit Mata dr. Yap.
 
Oleh sebab itu Jogja Eye Help bekerjasama bersama Bank Mata Indonesia cabang Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini sedang menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mata dan membebaskan dari ancaman kebutaan akibat dari tidak berfungsinya kornea serta seputar donor kornea.
 
Menurut Siti Sundari, Sp S., M.Kes. salah satu pembicara seminar, Bank Mata Indonesia sekarang ini tengah berusaha menggalang donor dari dalam negeri karena keuntungan yang didapatkan lebih banyak jika dibandingkan jika donor berasal dari luar.
 
"Kalau dari dalam negeri kualitas kornea pasti lebih bagus karena tidak perlu terlalu lama menunggu (setelah kornea diambil kemudian segera dicangkokan). Lebih fresh, dalam arti proses pengawetan tidak terlalu rumit karena kornea tersebut akan segera dicangkokan. Secara rasial (ras), kornea tersebut kemungkinan dapat langsung sesuai antara pendonor dan penerima donor dibandingkan jika pendonor berasal dari ras yang berbeda,” kata Siti Sundari.
 
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home