Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 03:03 WIB | Sabtu, 29 Maret 2014

Dulu Aku Buta

Orang yang buta sejak lahir (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku,’Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu.’ Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat” (Yoh. 9:11). Demikianlah kesaksian orang yang buta sejak lahirnya. Dia tidak mengenal penyembuhnya. Tetapi, dia tidak mau menyembunyikan kisah penyembuhannya. Dia ingin semua orang mendengarnya.

Itu bukan tanpa tantangan. Banyak orang tak suka menyaksikan penyembuhan yang dilakukan pada hari Sabat. Dengan membuat tanah lempung Yesus telah bersalah karena Dia bekerja pada hari Sabat. Ketika orang Farisi itu bertanya kepada orang yang telah melek itu, dengan tegas ia menyatakan: Yesus seorang nabi (Yoh. 9:17).

Sewaktu orang Farisi kembali menanyainya, dalam keadaan tertekan, dia berkata, ”Apakah orang itu orang berdosa aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta dan sekarang dapat melihat” (Yoh. 9:25). Dalam keadaan terjepit, orang yang telah melek itu bersaksi bahwa kesembuhannya merupakan bukti konkret. Tidak perlu diperdebatkan lagi. Yang penting ialah dia telah melihat.

Tidak pernah terlintas dalam benaknya bahwa dia akan melihat. Mungkin , dia sendiri sudah mampu menerima kebutaannya itu. Namun, tanpa disangka ada orang yang berbelaskasihan kepadanya. Sehingga, sekali lagi dia tidak peduli akan pandangan orang terhadap Yesus. Yang pasti dia telah merasakan kasih Yesus.

Saat diminta untuk menceritakan kembali proses penyembuhannya itu, dia menjadi kesal setengah mati dan kukuh berpendapat: ”Jika orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 9:33). Perkataanya inilah yang membuatnya diusir ke luar oleh orang-orang Farisi. Dan akhirnya, orang yang telah melek itu sungguh-sungguh berjumpa dengan Yesus dan percaya kepada-Nya.

Menarik diperhatikan, ada pertumbuhan iman dalam diri orang itu. Mulai dari tidak mengenal sama sekali hingga akhirnya percaya kepada Yesus. Pertumbuhan merupakan hakikat iman sejati. Iman bukanlah sesuatu yang statis. Kadang tekanan hidup membuat manusia makin mengenal pencipta-Nya.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home