Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 22 Maret 2014

Berikanlah Aku Air Itu!

Percakapan di tepi perigi (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Dua  orang bertemu di sebuah perigi. Hanya berdua pukul dua belas siang.

Keduanya tampak canggung. Terlalu banyak beda di antara keduanya. Yang seorang: laki-laki Yahudi dengan standar moral tinggi tiada banding. Yang lainnya: perempuan Samaria cantik, terkenal bukan saja karena kecantikannya, tetapi sudah lima kali kawin dan sekarang tinggal dengan laki-laki yang bukan suaminya.

Laki-laki itu Yesus. Tampaknya, Dia tak tahan berada dalam kecanggungan. Lagi pula, Dia haus. Kehausan-Nya memecah keheningan: ”Berilah Aku minum!” (Yoh. 4:7).

Perempuan itu terkejut. Heran mendengar seorang Yahudi meminta sesuatu kepadanya. Ini peristiwa langka. Orang Yahudi biasanya terlalu tinggi gengsinya untuk memohon kepada orang Samaria. Sebagai bangsa pilihan dan murni, mereka menganggap Samaria sebagai bangsa campuran yang tak mengindahkan hukum Allah.

Tak hanya itu, mereka juga tak mau memakai cangkir atau mangkuk yang dipakai orang Samaria. Mereka takut tercemar. Di mata Yahudi, orang Samaria tak beda dengan penderita kusta. Bersentuhan dengan orang Samaria hanya akan membuat najis diri mereka.

Permintaan Yesus itu membuat perempuan itu terperanjat. Dengan permintaan itu, jelaslah Yesus bersedia menggunakan alat timba perempuan Samaria itu.

Dan permintaan itulah yang membuat perempuan itu merasa dihargai. Ini jarang terjadi. Biasanya, laki-laki dewasa hanya meminta kecantikannya. Mereka ingin bersetubuh dengannya. Tak lebih dari itu. Yesus tak meminta kecantikannya. Dia hanya minta minum.

Perempuan itu tersanjung. Dia merasa dianggap memiliki sesuatu, yang darinya orang dapat menerima sesuatu yang baik: air. Selanjutnya, percakapan mengalir dengan cepat dan lancar. Percakapan itu melebur batas bangsa, kasta, dan moral.

Yesus mengerti keberadaan manusia tanpa air. Tetapi, Dia melangkah lebih jauh. Dia menawarkan air hidup kepada perempuan Samaria itu. Bukan air biasa, tetapi air yang membuat hidup manusia lebih bermakna.

Selanjutnya, giliran perempuan itu yang meminta sesuatu kepada Yesus, ”Berikanlah aku air itu!” (Yoh. 4:15). Kelihatannya, perempuan itu pun ingin hidupnya bermakna.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home