Loading...
BUDAYA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 21:02 WIB | Senin, 18 Januari 2016

Duo Akustik AriReda akan Konser Nyanyikan Puisi Sapardi

Duo akustik Arireda. (Foto: koalisiseni.or.id)

SATUHARAPAN.COM – AriReda—Ari Malibu dan Reda Gaudiamo—akan mengadakan “Konser Menyanyikan Puisi” di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta.

AriReda merupakan duo akustik yang membawakan musikalisasi puisi. AriReda yang kerap menyanyikan sajak-sajak Sapardi Djoko Damono itu. Grup AriReda yang pertama kali terbentuk pada tahun 1982, awalnya menyanyikan lagu-lagu seperti Fly Away (John Denver), lagu-lagu duo Simon & Garfunkel, dan lagu sejenis lainnya. Baru pada tahun 1987 mereka diajak terlibat dalam proyek apresiasi seni yang diprakarsai Fuad Hassan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu). Tujuannya, membantu orang awam menikmati puisi lewat lagu. Selanjutnya, AriReda akrab menyanyikan sajak-sajak Sapardi Djoko Damono.

Setidaknya, sejak kemunculan duet Ari Malibu dan Reda Gaudiamo, pelisanan terhadap puisi tidak lagi menjadi beban. Puisi diperlakukan sebagai “makhluk” sehari-hari yang hidup dan terus membuka dirinya terhadap tafsir baru.

Penyebaran cara menikmati puisi dengan menggubahnya ke dalam bentuk musik ini kemudian dilakukan lewat pita kaset. Ari dan Reda terlibat dalam album “Hujan Bulan Juni” tahun 1989 yang digagas oleh penyair Sapardi Djoko Damono. Tonggak ini yang ingin dijadikan momentum oleh Bentara Budaya Bali (BBB) untuk membuka berbagai kemungkinan di dalam mengapresiasi puisi. Lembaga ini kemudian menggelar Pentas Puisi Bentara, tanggal 30-31 Juli 2010, dengan mengundang duet Ari dan Reda.

BBB memberi gambaran betapa sejak awal puisi sangat dekat gayutannya dengan kitab suci. BBB tetap memberikan ruang kepada para penyair, seperti Oka Rusmini, Wayan Sunarta, dan Pranita Dewi, untuk membacakan puisi mereka dengan cara biasa. Tampaknya cara ini dimanfaatkan untuk menunjukkan kilasan-kilasan berbagai perspektif di dalam menerjemahkan puisi.

Puisi yang Tak Lagi Berat

Tafsir puisi dengan musik atau lewat cara-cara populer lainnya membuat puisi bisa melampaui garis pemisah yang selama ini mengungkungnya ke dalam wilayah yang amat eksklusif. Sebelumnya, puisi seolah hanya bisa dan mampu dinikmati oleh kalangan terbatas dan itu pun dengan dahi yang berkerut-kerut. Dahulu puisi selalu berada dalam situasi ambigu.

Ari dan Reda berbeda dengan apa yang dilakukan kelompok Bimbo bersama penyair Taufik Ismail. Mereka lebih rileks di dalam menafsir puisi. Puisi tidak lagi harus dijadikan media untuk melakukan pendalaman spiritual walau mungkin nanti akibatnya juga sama. Puisi tidak lagi harus dikait-kaitkan dengan persembahan, heroisme, dan aksi demonstrasi. Barangkali cara ini justru telah melepaskan puisi dari segala beban yang dilekatkan kepadanya sebagai sebuah karya sastra.

Anda dapat menontonnya Minggu depan, tanggal 26-27 Januari 2016, pukul 19.30 WIB.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home