Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 17:11 WIB | Selasa, 12 Mei 2015

Ekonom Kritik Jokowi Terlalu Anak-emaskan Infrastruktur

Agustinus Prasetyantoko, pengamat ekonomi dan Dekan Fakultas Ilmu Administrasi dan Bisnis Unika Atma Jaya pada Dialog Investasi bertema Investasi Sebagai Penggerak Ekonomi di Tengah Perlambatan yang berlangsung Ruang Nusantara, Lantai 1 Gedung Suhartoyo Kompleks Badan kooridnasi Penanaman Modal (BKPM), Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta, Selasa (12/5). (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian dalam situasi carut-marut ekonomi Indonesia yang pertumbuhannya pada triwulan pertama mencapai 4,71 persen (versi Badan Pusat Statistik) jauh dari target di APBN-P 2015 sebesar 5,7 persen, maka langkah yang harus dilakukan seorang Menko Perekonomian untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yakni grand design di sektor industri.

“Kalau saya melihat di triwulan pertama ini (2015) pertumbuhan ekonomi kita 4,71 persen dan di akhir tahun bisa mencapai kira-kira lima persen itu sudah sangat baik. Apa yang membuat ekonomi kita mandeg? Industrialisasi kita tidak berkembang, sektor manufaktur kita tidak tumbuh dengan baik. Sekarang apa yang harus kita lakukan?, Satu sudah pasti industrialisasi dan kebijakan yang komprehensif dalam rangka menunjang sektor manufaktur sebagai sektor yang penting di masa mendatang. Hal yang tidak kalah penting adalah Menko Perekonomian membuat desain ulang ekonomi kita,” kata Agustinus Prasetyantoko, pengamat ekonomi dan Dekan Fakultas Ilmu Administrasi dan Bisnis Unika Atma Jaya pada Dialog Investasi bertema Investasi Sebagai Penggerak Ekonomi di Tengah Perlambatan yang berlangsung Ruang Nusantara, Lantai 1 Gedung Suhartoyo Kompleks Badan kooridnasi Penanaman Modal (BKPM),  Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta, Selasa (12/5).

Laki-laki yang terbiasa disapa Pras tersebut mengemukakan bahwa siapa pun presidennya, atau siapapun yang akan menjadi menteri ekonomi apabila tidak ada perubahan di sektor industri, tetap tidak akan ada perubahan di angka pertumbuhan ekonomi.

“Motor ekonomi saat ini ya industri sebenarnya, dan ini banyak dilupakan karena kita terlalu melihat infrastruktur dan sumber daya manusia. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam satu dekade terakhir paling tinggi pada 2011 waktu itu sempat sampai 6,11 persen kemudian turun sampai ke 4,71 persen tandanya adalah siapa pun presidennya, pertumbuhan ekonomi tetap masih akan melambat,” kata Pras.

Pras mengajak para hadirin melihat kondisi Indonesia saat mencapai pertumbuhan ekonomi pada 2011 yakni keunggulan di sektor non migas.

“Akan tetapi setelah itu mulai dari 2012 sampai sekarang ini transaksi berjalan non migas mulai turun, dan dampaknya terasa dalam makro ekonomi kita sekarang, jadi begitu ekspor kita jatuh, daya untuk tumbuh dari ekonomi kita merosot,” kata Pras.

Pras menjelaskan lebih lanjut bahwa industrialisasi yang diharapkan adalah yang berorientasi ekspor. Jika selama ini ekspor sangat tergantung pada komoditas, industri seharusnya menjadi pengganti sektor komoditas yang saat ini tengah jatuh harganya.

Pras menyebut industrialisasi harus didorong, karena di seluruh negara di dunia saat ini sedang berpikir tentang produktifitas dan inovasi. “Eropa dan Amerika sekarang ingin meningkatkan produktivitas ekonomi mereka,” kata Pras.

Indonesia saat ini, lanjut Pras, belum memiliki landasan yang jelas tentang industrialisasi. Padahal itu harus dibangun dalam rangka menopang pertumbuhan ekonomi.  Pras menyayangkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)  yang sebenarnya  bekerja secara cukup baik tidak diimbangi oleh koordinasi dari kementerian atau lembaga setingkat lainnya.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home