Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 09:08 WIB | Rabu, 16 November 2016

Faisal Basri Koreksi Kesalahan Pidato Jokowi di Rapimnas PAN

Sebuah tabel yang membandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia versi RJPMN dan pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis, yang ditampilkan di blog pribadi Faisal Basri. Ekonom yang juga deklarator Partai Amanat Nasional (PAN) ini, mengoreksi sejumlah pernyataan Presiden Joko Widodo ketika berbicara di Rapimnas PAN, mengenai pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ekonom Faisal Basri menyatakan beberapa pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di depan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Amanat Nasional (PAN) mengandung kekeliruan, khususnya mengenai perekonomian. Oleh karena itu ia menyampaikan koreksinya.

Menulis di blog pribadinya, salah seorang deklarator PAN itu mengacu pada pidato Jokowi yang diberitakan oleh detik.com. Salah satu pernyataan Jokowi yang menurut dia keliru adalah yang mengatakan bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia oleh Bank Dunia dan IMF. Menurut Jokowi, perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia telah dikoreksi dari 4,3 persen menjadi 3,1 persen. Dan tahun depan akan lebih melambat lagi.

Faisal Basri meluruskannya dengan mengatakan bahwa IMF pada Oktober tahun lalu memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia turun dari 3,2 persen tahun 2015 menjadi 3,1 persen tahun 2016. Sebelumnya, pada Juni 2016, Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 dari 2,9 persen menajdi 2,4 persen. IMF dan Bank Dunia sepakat pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diproyeksikan lebih tinggi dari tahun ini.

Pernyataan Jokowi yang keliru lainnya, menurut Faisal Basri adalah mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pertumbuhan ekonomi negara-negara lainnya di dunia. Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia nomor tiga tertinggi di dunia.

"Betul, pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi ketiga di antara negara G-20. Tetapi jika dibandingkan dengan seluruh negara di dunia, kinerja Indonesia tidaklah di urutan ketiga. Masih banyak negara yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari Indonesia," kata Faisal Basri.

Dalam tabel yang ditampilkan oleh Faisal Basri, Indonesia berada di urutan 13 dalam hal besarnya perkiraan pertumbuhan ekonomi 2016 di antara negara-negara di seluruh dunia. Yang paling tinggi Cote d'Ivory, 8 persen, India, 7,6 persen, Tanzania, 7,2 persen, Tiongkok 6,6 persen, Senegal, 6,6 persen, Etiopia, 6,5 persen, Filipina, 6,4 persen, Vietnam, 6,1 persen, Kenya, 6,0 persen, Uzbelistan, 6,0 persen, Tajikistan, 6,0 persen, Turkmenistan, 5,4 persen, dan Indonesia, 4,9 persen.    

Faisal Basri juga mengoreksi pemahaman Presiden Jokowi tentang Inflasi. Dalam pidatonya di Rapimnas PAN itu, presiden mengatakan tahun ini target pemerintah adalah menekan inflasi di bawah tiga persen. Menurut Jokowi, jika pertumbuhan ekonomi 5 persen, inflasi 4,3 persen, maka ada keuntungan 1,5 persen yang dapat dinikmati.

Menurut Faisal Basri, pertumbuhan ekonomi mencerminkan peningkatan riil produksi barang dan jasa. Dalam angka pertumbuhan ekonomi, sudah menghilangkan faktor kenaikan harga. Dengan demikian bila dikatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, itu  berarti produksi barang dan jasa tumbuh secara riil sebesar 5 persen. "Tidak perlu lagi dikurangi dengan inflasi untuk memperoleh “keuntungan,” kata dia.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home