Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:09 WIB | Selasa, 30 April 2024

Filipina Bantah Ada Kesepakatan dengan China Mengenai sengketa Laut Cina Selatan

Kapal penjaga pantai China menembakkan meriam air ke arah kapal pasokan Filipina Unaizah pada 4 Mei dalam perjalanan menuju misi pasokan di Second Thomas Shoal di Laut Cina Selatan, pada 5 Maret 2024. (Foto: dok. Reuters)

MANILA, SATUHARAPAN.COM-Filipina pada hari Sabtu (27/4) membantah klaim China bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan mengenai meningkatnya perselisihan maritim di Laut Cina Selatan, dan menyebut klaim tersebut sebagai propaganda.

Seorang juru bicara di Kedutaan Besar Chinadi Manila mengatakan pada tanggal 18 April bahwa keduanya telah menyetujui “model baru” dalam mengelola ketegangan di Second Thomas Shoal pada awal tahun ini, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Menteri Pertahanan Filipina, Gilberto Teodoro, mengatakan pada hari Sabtu (27/4) bahwa departemennya “tidak mengetahui, atau ikut serta dalam, perjanjian internal apa pun dengan China” sejak Presiden Ferdinand Marcos Jr menjabat pada tahun 2022. Pejabat departemen pertahanan belum berbicara dengan pejabat China mana pun sejak saat itu, tahun lalu, kata Teodoro dalam sebuah pernyataan.

Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar atas komentar Teodoro di luar jam kerja.

Beijing dan Manila telah berulang kali bentrok dalam beberapa bulan terakhir di terumbu karang yang tenggelam, yang menurut Filipina berada di zona ekonomi eksklusifnya namun juga diklaim oleh China.

Filipina menuduh China menghalangi manuver dan menembakkan meriam air ke kapal-kapalnya untuk mengganggu misi pasokan kepada tentara Filipina yang ditempatkan di kapal angkatan laut yang sengaja dikandangkan Manila pada tahun 1999 untuk memperkuat klaim maritimnya.

China mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, yang merupakan jalur perdagangan kapal tahunan senilai lebih dari US$3 triliun. Klaimnya tumpang tindih dengan klaim Filipina dan empat negara lainnya. Pada tahun 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag mengatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum, namun keputusan ini ditolak oleh Beijing.

Teodoro menyebut klaim China atas perjanjian bilateral sebagai “bagian dari propaganda China”, dan menambahkan bahwa Filipina tidak akan pernah mengadakan perjanjian apa pun yang akan mengkompromikan klaimnya di jalur air tersebut.

“Narasi yang disebarkan oleh pejabat China yang tidak disebutkan namanya atau tidak disebutkan namanya adalah upaya kasar lainnya untuk menyebarkan kebohongan,” katanya. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home