Loading...
EKONOMI
Penulis: Sotyati 13:16 WIB | Sabtu, 21 Desember 2013

Flash Mob Sarung di Bandung

Flash Mob Sarung di Bandung
Memopulerkan sarung sebagai item fashion yang dapat diterima dunia sebagai tren. (Foto: Dok Indonesia Fashion Week)
Flash Mob Sarung di Bandung
Mobbed sarung di Epicentrum Walk, Kuningan- Jakarta, di acara Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012 yang digagas Indonesia Fashion Week dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (Foto: Dok Indonesia Fashion Week)

BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Indonesia Fashion Week bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif didukung Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung dan Happy Holiday, menggelar acara bertajuk “Bangga, Cinta, dan Pakai Produk Lokal. Tunjukkan kreasimu lewat ‘Flash Mob Sarung’”.

“Pesta sarung” itu digelar di Unpad Bandung, Minggu (22/12) pukul 06.00 – pukul 09.00.

Terdaftar 300 mahasiswa dari universitas-universitas di Bandung akan berbaur bersama ratusan masyarakat Bandung, perancang mode dari Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI),  Rancage Model Management, Hijabers Mom Community, Komunitas Kota Bandung, dan lain-lain bertepatan di acara Car Free Day.

Penyelenggara menyediakan hadiah bagi peserta promosi sarung itu, berupa uang tunai dan tiket ke Bromo, berwisata sambil belajar mengenal seni busaya setempat lebih jauh.

Wakil Menteri  Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, Gubernur Jawa Barat, Wali Kota Bandung, dijadwalkan hadir dalam acara tersebut.

Acara itu merupakan bagian dari rangkaian acara “Industri Kreatif Goes to Campus” yang dicanangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Local Movement yang digagas Indonesia Fashion Week. 

 

Mengglobalkan Sarung

Gerakan sosialisasi sarung (mobbed sarung) secara terbuka dimulai pada November  2012, ditandai dengan ratusan orang menari bersama-sama dengan memakai sarung di Epicentrum Walk, Kuningan- Jakarta,  di acara Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012.

“Tidak cukup berpuas dengan kesuksesan batik, kini Indonesia punya misi baru, memopulerkan sarung sebagai item fashion yang dapat diterima dunia sebagai tren,” kata Dina Midiani dari Indonesia Fashion Week.

Ide itu memang pertama kali dilontarkan oleh Indonesia Fashion Week, didasari pemikiran bahwa sarung adalah “harta lokal” yang tidak hanya akrab di negeri kita, namun juga dimiliki negara-negara Asia dan Pasifik. Sarung yang berbentuk silinder sederhana adalah gaya khas berpakaian Timur. Dengan diangkatnya gaya sarung sebagai tren, diharapkan negara lain yang memilikinya akan menyambut ide itu sehingga dunia pun akan menoleh dan mengapresiasinya.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyambut ide mengglobalkan sarung itu. Salah satu misi kementerian itu, seperti bisa dibaca di laman Indonesia Fashion Week, adalah mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong pembangunan daerah.

Dunia fashion adalah salah satu dari ekonomi kreatif yang memberikan kontribusi terbesar. Kekayaan seni dan budaya Indonesia yang diwujudkan dalam produk fashion telah menjadi kekuatan untuk bersaing di dunia internasional.

Indonesia pun mempunyai misi untuk menjadi salah satu pusat mode di tahun 2025. Untuk mewujudkannya, Indonesia harus mulai memasukkan unsur lokal dalam selera global dan menawarkannya sebagai trend forecasting sehingga diserap bukan hanya oleh konsumen namun terlebih oleh produsen. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun sepakat untuk mendukung sarung menjadi tren.

Sarung kini tidak hanya dipakai untuk upacara, perayaan atau acara keagamaan. Sarung diperlakukan sebagai produk mode yang fleksibel, yang mengikuti tren dan mengikuti selera global. Dengan sedikit pengembangan dan modifikasi, bahkan tanpa mengubah bentuk dasar silindernya, sarung dapat tampil menjadi alternatif gaya urban kontemporer yang menarik.

Sarung adalah “si bintang baru” yang menjadi bagian dari gaya hidup!

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home