Loading...
DUNIA
Penulis: Sotyati 20:03 WIB | Selasa, 15 Oktober 2013

Gempa Filipina 93 Orang Dilaporkan Meninggal

Gempa Filipina  93 Orang Dilaporkan Meninggal
Situs Gereja Baclayon yang bersejarah dan tercatat di UNESCO rusak parah dihantam gempa berkekuatan 7,2 SR. (Foto-foto: http://asiancorrespondent.com)
Gempa Filipina  93 Orang Dilaporkan Meninggal
Gempa juga merusak Basilica Del Sto Nino di Cebu Filipina.

FILIPINA, SATUHARAPAN.COM - Gempa bumi berkekuatan 7,2 mengguncang Filipina bagian tengah pada Selasa (15/10) pagi. Hingga berita ini diturunkan, diperkirakan sedikitnya 93 orang korban meninggal. Badan Survei Geologi AS, seperti diberitakan BBC News, menyebutkan pusat gempa berada di bawah kawasan wisata Pulau Bohol, Provinsi Cebu.

Gempa terjadi pada pukul 08.12 waktu setempat (06.12 WIB) saat negara itu sedang menikmati hari libur nasional. Pejabat pemerintah mengatakan sebagian besar korban yang meninggal dunia berasal dari Cebu, kota terbesar kedua di Filipina.

Lima orang meninggal dunia ketika pelabuhan ikan di Cebu runtuh, seperti dilaporkan kantor berita Associated Press (AP). Dua orang meninggal dan lainnya luka-luka ketika atap di pasar di kawasan itu runtuh. Beberapa gedung serta gereja juga mengalami kerusakan. Di antaranya Gereja Basilika di Cebu.

Neil Sanchez, kepala kantor penanganan bencana di Cebu, mengatakan kepada televisi ABS--CBN, mereka berusaha mengkonfirmasi laporan adanya sekolah yang ambruk. Komunikasi sangat sulit dilakukan, kata Sanchez, ”Bahkan kantor kami pun mengalami kerusakan. Kami harus pindah ke tempat lain.”

Filipina kerap dilanda gempa bumi karena lokasi geografisnya terletak di Cincin Api Pasifik. Pada Agustus 2012, gempa berkekuatan 7,6 terjadi di Pulau Samar, Filipina bagian timur, dan memicu pengungsian massal karena ancaman tsunami.

Sementara di Indonesia berdasar keerangan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan tsunami tidak mengancam perairan Indonesia usai pascagempa tersebut.

"Laporan di daerah-daerah yang menerima "tsunami travel times" seperti BPBD Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua dan Kalimantan Timur melaporkan tidak ada tsunami. Masyarakat tetap beraktivitas normal," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam pesan singkat yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut Sutopo Purwo Nugroho, sesaat setelah gempa, "Pacific Disaster Center" di Hawaii dan "Global Disaster Alert and Coordinating System" mengeluarkan peringatan dini tsunami. Sedangkan "Pacific Tsunami Waning Center" tidak mengeluarkan peringatan dini. 

Adanya perbedaan peringatan dini tersebut karena menggunakan metode yang berbeda dalam pemodelan tsunami dan peringatan dini yang dikeluarkan. 

Namun kebutuhan mengenai peringatan dini tsunami sangat diperlukan cepat karena hanya memiliki waktu kurang dari 30 menit di daerah sekitar pusat gempa. 

Artinya antisipasi bagi masyarakat di pesisir yang terancam tsunami hanya memiliki waktu sangat terbatas untuk evakuasi. 

"Berdasarkan banyak kejadian saat ada peringatan dini tsunami umumnya terjadi kepanikan, kemacetan dan kekacauan. Untuk itulah kesiapsiagaan masyarakat menghadapi tsunami perlu terus ditingkatkan," katanya.

Sekitar 20 kali gempa susulan terjadi dengan kekuatan yang bervariasi. Penanganan darurat masih dilakukan dengan fokus pada pencarian dan evakuasi korban. Listrik dan komunikasi sebagian besar masih mati. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home