Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 15:24 WIB | Kamis, 27 Februari 2014

Gereja Lutheran Serukan Umat Kristen Bantu Korban Sinabung

Pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Kabanjahe. (Foto: HKBP/Fernando Sihotang)

SATUHARAPAN.COM – Sumbangan keuangan, alat kebutuhan keseharian, dan—di atas semua—doa untuk warga yang terimbas letusan Gunung Sinabung. Itulah seruan Komite Nasional Federasi Lutheran Dunia (The Lutheran World Federation—LWF) kepada umat Kristen di Indonesia.

Ketua Komite Nasional LWF, Bishop Langsung Sitorus menyerukan doa bagi warga desa yang kehilangan nyawa dan rumah mereka untuk letusan gunung berapi yang sedang berlangsung di Sumatera Utara. Komite, yang terdiri dari gereja-gereja anggota LWF di Indonesia, telah mengirimkan bantuan keuangan, barang kebutuhan sehari-hari untuk gereja-gereja di wilayah yang terkena dampak.

“Persekutuan Lutheran di Indonesia dan seluruh dunia dipanggil untuk membantu keluarga yang telah sangat terkena dampak letusan,” kata Sitorus, Ketua Sinode Huria Kristen Indonesia (HKI).

Kematian dan kehancuran telah menghujani para petani di tanah Karo di Sumatera Utara, Indonesia sejak Gunung Sinabung, gunung berapi yang sudah tidak aktif selama berabad-abad, terbangun pada September 2013. Erupsi pada 1 Februari 2014 menewaskan 16 orang terkena aliran piroklastik; dan, desa-desa dan lahan pertanian tertutup abu vulkanik dalam radius delapan kilometer. Di antara korban ada tujuh relawan dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia yang meninggal ketika mereka berusaha mengevakuasi penduduk desa setempat yang pergi untuk menjaga rumah dan pertanian mereka.

Sumbangan oleh Persekutuan Lutheran

Persekutuan Lutheran bergegas membantu warga yang terkena dampak. Gereja-gereja Lutheran di Indonesia telah menyumbangkan uang dan barang kebutuhan sehari-hari kepada para pengungsi yang harus meninggalkan semuanya.

“Melalui Komite Nasional LWF, gereja-gereja Lutheran dapat berkontribusi terhadap kebutuhan mereka yang terkena dampak”, kata komite Sekretaris Eksekutif, Pdt Basa Hutabarat setelah menerima sumbangan gereja-gereja dan kontribusi. Dia mengatakan semua sumbangan gereja-gereja dan kontribusi akan dikirim ke Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang sangat aktif di wilayah tersebut.

“Kami telah mendengar bahwa penduduk desa yang mengungsi sangat membutuhkan pakaian untuk perempuan dan anak-anak, selimut, obat-obatan dan susu. Perempuan dan anak-anak yang ditemukan untuk menjadi yang paling terpengaruh oleh situasi”, kata Basa.

Sentra Penghasil Sayur

Tanah Karo dan desa-desa di lereng Gunung Sinabung memiliki reputasi nasional untuk pertanian mereka. Tanah vulkanik menyediakan lahan subur, membuat daerah tersebut sebagai produsen utama buah dan sayuran di seluruh Indonesia. Menurut Departemen Pertanian Indonesia, produk dari tanah Karo terdiri persentase yang cukup besar sehingga diekspor ke negara tetangga Singapura dan Malaysia.

Ketergantungan yang tinggi para penduduk pada produk-produk pertanian menyebabkan mereka mengabaikan risiko dari gunung Sinabung tersebut bahkan setelah gunung berapi mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas pada 2010. Pertanian memberi mereka sarana untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.

“Kami mengirim anak-anak kita ke sekolah-sekolah dan universitas hanya karena kami memiliki peternakan jeruk yang baik, tapi sekarang kami tidak lagi  memiliki apa-apa untuk mendapatkan uang untuk pendidikan anak-anak kami,” teriak seorang ibu yang lahan pertanian telah hancur oleh letusan. Apa yang belum terbakar sekarang tertutup dalam batu dan abu.

Gunung Sinabung telah meletus sekitar 150 kali sejak kegiatan vulkanik pertama pada 15 September 2013. Pada awal Februari 2014, jumlah pengungsi telah meningkat menjadi 26.174 orang. Mereka yang berasal dari desa-desa yang lebih jauh telah mampu kembali ke rumah. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 5.783 orang telah dikirim kembali ke desa mereka dengan 16 Februari 2014.

Sekitar 18.000 penduduk desa yang mengungsi masih tinggal di pusat-pusat evakuasi, sebab rumah mereka terletak dalam radius delapan kilometer yang dianggap tidak aman oleh pemerintah. Kegiatan vulkanik yang tak bisa diduga membuat mereka tidak mungkin mereka akan dapat kembali ke lahan pertanian mereka di masa mendatang. (lutheranworld.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home