Loading...
INSPIRASI
Penulis: Angela Faustina 01:00 WIB | Rabu, 22 Juni 2016

Hantaman Palu

Palu menghancurkan kaca, tetapi juga membentuk baja.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Belakangan ini saya mengalami banyak cobaan. Yang terakhir adalah sakit akibat infeksi pada luka terbuka. Kejadian itu bagaikan dasar jurang dari serentetan batu sandungan, baik besar maupun kecil, yang membuat saya terjatuh.

Ketika sakit saya merasa sangat tidak berdaya. Saya tinggal seorang diri sebagai perantau sehingga harus merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Tidak mungkin saya merepotkan teman dan tetangga selama 24 jam dalam sehari. Infeksi luka itu mengakibatkan kaki saya membengkak hingga susah berjalan dan tubuh saya demam.  Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, saya harus berjalan terseok-seok sambil menahan nyeri luar biasa tiap kali berdiri, begitu juga ketika sudah waktunya periksa ke dokter.

Dalam masa penyembuhan pun saya tak punya hiburan karena beberapa minggu sebelumnya tempat tinggal saya kemalingan. Barang elektronik dan barang berharga lain yang saya simpan di kamar raib digondol maling. Saya jadi benar-benar terfokus pada penderitaan dan kesepian.

Namun, justru di situ saya merasakan kehadiran Tuhan. Ketika terjatuh ke dasar jurang, saya menemukan Tuhan sebagai batu karang yang menjadi dasar hidup saya. Ketika tidak ada manusia yang dapat saya andalkan, hanya kepada-Nya saya berserah.

Keyakinan itu makin dikuatkan ketika saya mengikuti misa di gereja. Saya datang ke gereja masih dalam keadaan pincang, namun saat tiba waktunya menerima komuni, seketika itu juga saya merasa kuat untuk berjalan tegak. Hingga sekarang saya bisa berjalan normal dan luka saya berangsur sembuh.

Sungguh kita tidak akan memahami arti bahagia jika tidak pernah mengalami kesedihan. Kini saya lebih menikmati setiap kegiatan yang saya lakukan, bahkan pekerjaan rumah yang dahulunya saya benci dapat saya kerjakan dengan senyum lebar.

Sesungguhnya banyak nikmat Tuhan yang amat berharga namun kerap lupa saya syukuri. Boleh beraktivitas dengan leluasa adalah sebuah anugerah, namun saya justru sering bersungut-sungut ketika banyak pekerjaan.

Palu menghancurkan kaca, tetapi palu juga membentuk baja. Jika masalah diibaratkan bagai palu yang menghantam hidup kita, efeknya sudah tentu kembali pada diri kita sendiri, apakah ingin menjadi kaca yang hancur berkeping-keping atau seperti baja yang makin berguna setelah ditempa?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home