Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 16:19 WIB | Senin, 03 Maret 2014

Hari Kebebasan Musik: Berjuang Melawan Penindasan dan Sensor

Anggota band metal Anarchadia di Beirut. (Foto: Halaman facebook Anarchadia)

SATUHARAPAN.COM – Organisasi hak asasi musisi Freemuse mendaftar 19 musisi dibunuh, tujuh diculik, dan 18 pencipta musik dipenjara selama 2013. Ada banyak alasan menggelar 'Hari Kebebasan Musik' setiap 3 Maret. Gelaran itu berfokus pada hak-hak kebebasan berekspresi musisi.

"Ini adalah beberapa statistik tahun 2013, yang Freemuse terbitkan hari ini, tetapi itu hanyalah puncak gunung es. Ratusan kasus penganiayaan dan serangan, belum lagi ribuan kasus penyensoran, tidak pernah dilaporkan , "kata Direktur Freemuse Ole Reitov.

Hari Kebebasan Musik digelar seniman, pelaku budaya, dan pelaku media di seluruh dunia. Dari Australia melalui Pakistan di atas Afrika dan Eropa ke Amerika Serikat. Program ini berkembang dari hari ke hari.

Tahun ini kegiatan meliputi Dina El Wedidi, salah satu artis pendatang terkemuka Mesir yang tampil di Oslo , Norwegia. Rocker fusion Maroko Réda Zine memimpin bandnya ‘Voodoo Sound Club’ di konser di Bologna , Italia.  Sementara beberapa seniman paling vokal Zimbabwe memasuki panggung di Harare dan musisi diasingkan dari Sudan tampil di Kairo.

Di Pakistan, sebuah konferensi dan pertunjukan akan berlangsung di Islamabad dan Peshawar. Musisi dan kegiatan bermusik di kedua kota itu mengalami sejumlah serangan.

Komposer Bahrain Ahmed Ali Al Ghanem telah mengadikan separuh dan membagikannya untuk musisi di noteflight.com.

Acara musik di beberapa negara sudah mulai 1 Maret. Siaran di banyak negara bergabung dengan acara itu. Program radio Catalan 'Les rutes del Jadi' pada malam hari memutar musik dari para artis yang dilarang. Legendaris perlawanan Serbia siaran di Radio B92 dengan topik situasi para musisi di Sudan. NRK Norwegia fokus pada Tibet dan musisi Roma. Sementara byte.fm di Jerman sedang menyelesaikan kegiatan program radio Hari Kebebasan Musik pada 9 Maret.

"Hal ini penting untuk tertuju pada situasi para musisi di Tibet dan Sudan, namun situasi di Mali juga terus mempengaruhi kehidupan musik dengan cara yang serius. Ancaman dan serangan atas musisi sekali lagi meningkat di Pakistan, dan perempuan masih dilarang tampil di depan umum di Iran dan Arab Saudi ," kata Ole Reitov.

Hari Kebebasan Musik menyediakan panggung bagi para seniman, penyiar, dan organisasi budaya untuk membahas mekanisme sensor. Banyak seniman yang diwawancarai tentang sensor dan sensor diri di freemuse.org.

Topik agama dan isu-isu homoseksualitas masih sangat kontroversial untuk dibicarakan di banyak negara. Dalam wawancara video Freemuse, salah satu rapper legendaris Afrika, Didier Awadi dari Senegal, bicara terbuka tentang cara dia menahan diri dari pembicaraan isu-isu agama. Sementara di pengasingan rapper Palestina Khaled Harara berbicara tentang penyalahgunaan politik agama sebagai alat kekuasaan. (musicfreedomday.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home