Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 12 September 2015

Hikmat yang dari Atas

Persekutuan dengan Allah membuat kita cenderung mendengarkan suara Allah.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – ”Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mrk. 8:33). Demikianlah hardikan Yesus kepada Petrus. Yesus menyebut murid-Nya ”Iblis” karena melawan Allah serta rencana keselamatan-Nya. Semua yang melawan Allah memang tak beda dengan Iblis! Dan untuk itu, hanya satu kata yang pantas: ”Enyahlah!”

Ketika Petrus terus berpegang pada pandangannya sendiri tentang kemesiasan-Nya, Yesus memarahinya. Petrus ingin agar Yesus menyesuaikan diri dengan gambaran yang ada dalam pikirannya mengenai Mesias. Tetapi, Yesus mengingatkan bahwa manusialah yang seharusnya menyesuaikan diri dengan keinginan Allah, dan bukan sebaliknya.

Dan untuk semuanya itu, manusia membutuhkan hikmat yang datang dari atas (lih. Yak. 3:15). Hikmat yang datang dari atas itu hanya mungkin terjadi ketika manusia sungguh-sungguh bersekutu dengan Allah! Dan yang terpenting tunduk kepada Otoritas Allah.

Tak sedikit orang yang bertanya-tanya: ”Bagaimana memahami kehendak Allah?” Sejatinya, jawaban dari pertanyaan itu harus dijawab dengan pertanyaan: ”Bagaimanakah hubungan kita dengan Allah?” Kedekatan dengan Allah akan memampukan kita peka akan suara Allah. Kedekatan dengan Allah akan memampukan kita untuk membedakan suara Allah dengan suara diri kita sendiri. Dan akhirnya kita mampu memahami kehendak Allah.

Tak heran, jika Yakobus berkata, ”Adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar” (Yak. 3:12). Persekutuan dengan Allah menjadi hal yang mutlak penting! Persekutuan dengan Allah akan membuat kita cenderung mendengarkan suara Allah.

Kehendak Allah itu tentu tak hanya untuk konsumsi diri sendiri. Kehendak Allah itu harus diberitakan. Menarik untuk disimak bahwa berkait dengan hikmat, Yakobus bicara soal mengekang lidah. Itu tidak berarti kita tidak boleh bicara. Sebaliknya, kita harus bicara di mana perlu, untuk membangun orang lain!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home