Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 17:33 WIB | Kamis, 26 Juni 2014

HRW Desak Tunisia Selidiki Warganya Yang Berperang di Suriah dan Irak

Miilisi bersenjata dari kelompok ISIL di Suriah. (Foto: Ist)

TUNIS, SATUHARAPAN.COM - Kelompok hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch, mendesak pemerintah Tunisia menyelidiki dugaan kejahatan perang yang dilakukan warga Tunisia yang berperang di Suriah dan di Irak.

Dalam pernyataan dikeluarkan pada hari rabu (25/6) itu, HRW  mengatakan bahwa Abu Hamza Al-Mouhamadi, seorang pria yang mengidentifikasi dirinya sebagai  warga Tunisia, telah memposting video dan foto-foto di aku Facebooknya  yang menunjukkan dia "perannya dalam penyiksaan dan eksekusi  lima tahanan penjaga perbatasan Irak."

 "Ketika seorang ekstremis Tunisia berani menampilkan kejahatannya melalui (merdia) online, pemerintah harus mengirimkan pesan yang jelas dan tegas kepada semua orang Tunisia bahwa mereka tidak akan mentolerir tindakan tersebut," kata  wakil direktur HRW Timur Tengah dan Afrika Utara, Nadim Houry.

Laporan itu menyebutkan tentang  tiga video yang menunjukkan Abu Hamza ketika menginterogasi dan menampar lima penjaga. Pada video kedua, Abu Hamza mencela Perdana Menteri  Irak dari kelompok Syiah,  Nuri Al-Maliki,  dan memerintahkan orang-orang yang ditahan untuk berjanji setia kepada Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State in Iraq and Syria / ISIS atau juga disebut ISIL). ISIS adalah kelompok militan Sunni yang menguasai beberapa kota Irak dan tengah berhadapan dengan pasukan Irak.

"Ketika  satu orang yang ditangkap menolak mengulangi kata-kata 'The State of Islam Forever,' Abu Hamza dalam rekaman itu mendorong dia hingga telentang dan meletakkan pistol ke tenggorokannya dan mengulangi permintaannya," kata laporan itu.

Menurut HRW, video itu tidak menunjukkan tindakan eksekusi, namun dalam video ketiga, ditunjukkan adegan seorang pria ditembak pada bagian wajah setelah orang-orang yang ditahan lainnya dikonfirmasi  dia adalah seorang Syiah.

HRW menyebutkan bahwa Tunisia merupakan anggota padai Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sejak 2011, dan mendesak negara itu mengintegrasikan aturan ICC ke dalam hukum nasional Tunisia. Tunisia juga  diminta menyelidiki keterlibatan warganya dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Suriah dan Irak.

Pada Senin lalu, Menteri Dalam Negeri Tunisia, Lotfi Ben Jeddou, mengatakan bahwa ada 2.400 jihadis Tunisia  yang pertempuran di Suriah, dan menyebutkan kebanyakan berjuang bersama ISIL.

"Menurut (informasi) yang kami kumpulkan, ada 2.400 warga Tunisia yang pergi ke Suriah untuk berperang dengan Front Al-Nusra dan mayoritas dari mereka - 80 persen - dengan (ISIS)",  kata Ben Jeddou. Selain itu disebutkan bahwa pada Februari Tunisia mencegah 8.000 orang yang akan pergi ke Suriah, dan 400 yang berperang telah kembali.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home