Loading...
DUNIA
Penulis: Kartika Virgianti 14:30 WIB | Minggu, 09 November 2014

Ini Cara Jerman Peringati Hari Runtuhnya Tembok Berlin

Ini Cara Jerman Peringati Hari Runtuhnya Tembok Berlin
Seni instalasi yang terdiri dari hampir 7.000 balon putih bercahaya, dipatok ke tanah dan diatur berkelok-kelok sepanjang 15 km di rute tembok Berlin. (Foto-foto: BBC)
Ini Cara Jerman Peringati Hari Runtuhnya Tembok Berlin
Rute tembok Berlin ditandai dengan cahaya putih dari balon-balon yang akan dilepaskan.
Ini Cara Jerman Peringati Hari Runtuhnya Tembok Berlin
Para pengisi acara sedang berlatih di sekitar sisa tembok Berlin yang dindingnya dipulas dengan seni graviti.

BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah perayaan diadakan di Jerman untuk memperingati ulang tahun ke-25 runtuhnya tembok Berlin, pada Minggu (9/11) dan acara puncaknya diadakan di Brandenburg Gate di pusat Kota Berlin, yaitu berupa seni instalasi balon putih yang diterangi cahaya, disusun sepanjang rute tembok Berlin, akan dilepaskan sebagai simbol hilangnya tembok Berlin.

Selain acara puncak tersebut, festival berupa konser dan seni pertunjukkan luar ruangan juga diadakan Brandenburg Gate, yang rencananya akan dihadiri Kanselir Jerman, Angela Merkel.

Lebih dari satu juta pengunjung datang ke Berlin pada hari Minggu di Gerbang Brandenburg. Sejak hari Sabtu, orang ramai berfoto di depan dinding yang dipulas dengan grafiti, ada pula yang membaca papan informasi tentang kehidupan selama 28 tahun di bawah di antara tembok Berlin.

Sementara yang lainnya mengagumi seni instalasi yang terdiri dari hampir 7.000 balon putih, dipatok ke tanah dan diatur berkelok-kelok sepanjang 15 km dari rute tembok Berlin.

Geraldine Bray (68) salah satu pengunjung dari Inggris mengatakan memori tanggal 9 November 1989 tersebut tak lekang dalam ingatannya. “Saat itu saya berada di rumah membuat makan malam dan ketika mendengar berita itu saya sangat terkesan,” katanya.

Tembok Berlin awalnya dibangun pada 1961 untuk menghentikan kelompok Komunis dari Timur Jerman menuju Barat. Keruntuhannya pada 1989 sekaligus menandakan berakhirnya Perang Dingin dan pertemuan kembali kedua wilayah Jerman yang sebelumnya terbagi dua akibat kalah dalam Perang Dunia II, di mana lebih dari 4.000 orang telah tewas dalam pertempuran itu.

Dinding tembok Berlin dulunya membentang sepanjang 155 km (96 mil) melintasi Berlin, sampai sekarang tembok itu masih berdiri tetapi hanya sekitar tiga kilometer saja.

Mantan pemimpin serikat buruh Polandia, Lech Walesa dan pemimpin terakhir Uni Soviet, Mikhail Gorbachev rencananya juga akan bergabung dengan Kanselir Merkel untuk hadir ke perayaan tersebut.

Pada Sabtu kemarin, Gorbachev (83) memperingatkan bahwa dunia berada di ambang Perang Dingin baru, yaitu krisis di Ukraina yang dipicu oleh ketegangan antara Barat dan Rusia, di mana Ukraina dan Rusia dulunya merupakan bagian dari Uni Soviet.

“Pertumpahan darah di Eropa dan Timur Tengah dengan latar belakang kegagalan dialog antara negara-negara besar, ini menjadi perhatian dunia. Dunia ini di ambang Perang Dingin baru, bahkan beberapa mengatakan bahwa itu sudah dimulai,” kata Gorbachev.

Gorbachev, sebagai pemimpin Uni Soviet di akhir 1980-an telah didiskreditkan atas konsekuensi pemulihan hubungan Eropa dengan Barat dan menciptakan suasana yang lebih liberal, hal inilah yang menyebabkan runtuhnya rezim komunis di Eropa Timur pada tahun 1989.

Gorbachev mengatakan bahwa Barat – khususnya Amerika Serikat – telah mengakui adanya “kemerdekaan” bagi sebuah negara setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Menurut Gorbachev, hanyalah kekuatan global yang mampu mengatasi konflik di Yugoslavia, Timur Tengah dan sekarang Ukraina.

Rusia membantah mengobarkan masalah di Ukraina timur, tempat di mana separatis pro-Rusia merebut kekuasaan di daerah Donetsk dan Luhansk pada bulan April lalu. Gencatan senjata sejak September lalu juga gagal dilaksanakan. Sementara pemilihan di Ukraina pada akhir pekan lalu didominasi unsur pemberontak, hal ini memicu kekhawatiran global akan kembalinya konflik seperti perang dunia tersebut. (bbc.com)

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home