Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 19:49 WIB | Jumat, 04 April 2014

Investor Wait & See, IHSG dan Rupiah Anjlok

Ilustrasi. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (4/3) ditutup turun sebesar 33,38 poin mengikuti bursa regional yang berada dalam area negatif. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, juga melemah sebesar 57 poin menjadi Rp 11.353 dibanding sebelumnya Rp 11.296 per dolar AS.

IHSG BEI ditutup turun sebesar 33,38 poin atau 0,68 persen ke posisi 4.857,94. Sementara itu, indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 8,69 poin (1,05 persen) ke level 820,08.

“IHSG BEI pada perdagangan akhir pekan ini ditutup melemah mengikuti lesunya pergerakan bursa regional,” kata analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, investor tampaknya masih menanti beberapa data makro di AS. Kondisi seperti itu, investor cenderung memilih untuk merealisasikan keuntungannya.

Namun di sisi lain, ia mengharapkan bahwa momentum Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) pada Rabu, 9 April mendatang akan menjadi katalis positif bagi indeks.

“Beberapa waktu yang lalu kita sempat menyaksikan fenomena `Jokowi Effect` yang berimbas pada kenaikan indeks BEI. Kami melihat saham konstruksi, perbankan, dan properti masih cukup menarik untuk transaksi jangka pendek,” kata dia.

Tercatat transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 174.219 kali dengan volume mencapai 3,55 miliar lembar saham senilai Rp 4,41 triliun. Efek yang mengalami kenaikan sebanyak 114 saham, yang melemah 1.485 saham, dan yang tidak bergerak 97 saham.

Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 55,00 poin (0,24 persen) ke level 22.510,08, indeks Nikkei turun 8,11 poin (0,05 persen) ke level 15.063,77 dan Straits Times melemah 7,34 poin (0,23 persen) ke posisi 3.212,72.

Rupiah Jumat Sore Melemah 57 Poin

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, melemah sebesar 57 poin menjadi Rp 11.353 dibanding sebelumnya Rp 11.296 per dolar AS.

“Dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah menjelang pengumuman data pengangguran Amerika Serikat yang diekspektasikan membaik,” ujar pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan bahwa jumlah pengangguran di AS akan berkurang menyusul kegiatan manufaktur di Amerika Serikat meningkat sehingga memicu optimisme pertumbuhan ekonominya.

“Melihat kondisi itu diperkirakan `tapering off` bisa dilakukan secara agresif oleh the Fed,” kata dia.

Di sisi lain, Rully Nova menambahkan bahwa sebagian pelaku pasar uang di dalam negeri juga cenderung mengambil posisi menunggu hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD pada tanggal 9 April mendatang.

Kendati demikian, lanjut dia, sentimen domestik yang masih cukup positif, seperti inflasi stabil serta tren surplus pada neraca perdagangan Indonesia menahan tekanan mata uang rupiah lebih dalam.

“Ada faktor domestik yang menahan tekanan mata uang rupiah terhadap dolar AS,” ucapnya.

Ia mengemukakan bahwa secara fundamental pergerakan mata uang rupiah pada pekan depan di kisaran Rp 11.300-Rp 11.400 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat (4/4) tercatat mata uang rupiah tidak berubah nilainya atau stagnan di posisi Rp 11.310 per dolar AS. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home