Loading...
INDONESIA
Penulis: Kartika Virgianti 17:08 WIB | Selasa, 27 Mei 2014

Jokowi: Kita Trendsetter, ‘Di Sana’ Follower

Pasangan capres dan cawapres usungan PDIP, Jokowi-JK saat mendaftarkan diri ke KPU. (Foto: Elvis Sendouw)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo terlihat menggunakan kemeja berbeda dengan cawapresnya, Jusuf Kalla. Menurutnya ini adalah trendsetter. 

Jokowi, sapaan akrap capres PDIP itu mengenakan pakaian kotak-kotak, sedangkan Kalla mengenakan kemeja putih. Kesamaan antara keduanya hanya lipatan kemeja yang digulung sampai sedikit di bawah siku lengan.

“Kemarin kan kita pakai putih-putih, eh ‘di sana’ kan juga pakai putih-putih. Trendsetter-nya itu kita sebetulnya, ‘di sana’ follower. Tapi okelah karena kita harus membangun sebuah diferensiasi yang jelas,” ucap Jokowi yang agaknya tersirat sindiran terhadap rival politiknya.

Komentarnya ia sampaikan saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Partai Nasional Demokrat (NasDem), di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (27/5).

Jokowi menuturkan, biasanya kalau yang satu pakai jas, yang lainnya juga biar kelihatan serasi dan satu pemikiran. Tetapi menurut politisi PDIP yang masih bertugas sebagai Gubernur DKI itu, kita semua harus berani keluar dari kerangka pikiran seperti itu.

“Setelah berpikir, akhirnya kita memutuskan, Jokowi pakai kotak-kotak, Pak Jusuf Kalla pakai putih, tidak apa-apa, tetap serasi karena kami ini saling melengkapi. Saya muda, beliau berpengalaman, kan saling melengkapi. Beliau kerja cepat, saya kerja lebih cepat, iya dong, masak yang muda kalah cepat,” candanya.

Kita, lanjut Jokowi, menghargai apa yang menjadi gagasan Ibu Megawati dan Bapak Surya Paloh, dan seluruh partai pendukung yang ada. Bahwa kita bekerja sama betul-betul tanpa syarat, ini yang membedakan ‘di sini’ dengan yang ‘di sana’. Ini akan memberikan pembelajaran politik yang baik.

“Kita bertemu tidak untuk urusan membahas kursi menterinya berapa, menterinya kurang tambah ‘menteri utama’, ada yang datang lagi diberikan 11 kursi, ada yang datang lagi beri 7 kursi, dan seterusnya dihitung-hitung ada 64 kursi, padahal di undang-undang hanya ada 35 kursi. Itu pola lama, kita harus berani membangun tradisi-tradisi baru. Inilah nilai-nilai baru yang akan kita mulai untuk menjadi tradisi politik di Indonesia,” cetus Jokowi.

Revolusi mental dan restorasi Indonesia, Jokowi mengklaim bahwa itulah visi yang mempertemukan PDIP dengan NasDem. Bahwa  membangun bangsa harus dimulai dengan membangun manusianya, mental, jiwanya, budi pekertinya diisi terlebih dahulu, sehingga manusianya, pemimpinnya punya ideologi yang jelas, karena yang akan dihadapi nantinya adalah persaingan antar negara.

Jokowi turut mengapresiasi banyaknya relawan dan dukungan masyarakat terhadap kedua figur itu. Namun ia mengakui belum bisa mengorganisir dengan baik. Inilah tugas partai yang mengusung keduanya untuk mengorganisir mereka agar bisa nyambung antara relawan dan partai.

Jusuf Kalla dalam kesempatan tersebut turut menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang memberikan amanah kepadanya untuk mendampingi Jokowi, meskipun dirinya bukan berasal dari salah satu partai yang mengusung Jokowi sebagai capres.

“Mempunyai ciri dan keberanian yang kuat, itulah pesan yang kami terima, kami siap melaksanakannya dengan kerja keras, siap dikritik, siap dinasehati. Jika kami menjadi matahari, maka matahari yang energinya lebih kuat untuk menyinari bangsa ini, bukan dua matahari, itulah harapan kami,” tandas mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.

Rakernas tersebut turut dihadiri oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, Ketua Umum Partai PKPI, Sutiyoso, dan para kader partai pendukung capres-cawapres Jokowi-JK, dan pengamat politik dari LSM Indicator, Burhanudin Muhtadi.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home