Kapolri: Hoegeng Polisi Teladan Yang dekat dengan Masyarakat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memuji sosok Jenderal (Purn) Hoegeng Imam Santoso. Kapolri menyebut Hoegeng sebagai teladan yang memegang teguh prinsip-prinsip hidupnya.
Kapolri menilai Hoegeng pribadi yang jujur, sederhana, tak kenal kompromi, penuh integritas dan menjadi teladan bagi insan Bhayangkara.
“Nilai-nilai yang ditunjukkan Jenderal Hoegeng merupakan hal yang menginspirasi, tak hanya bagi kami anggota Polri, tetapi juga masyarakat pada umumnya,” kata Kapolri dalam sambutan yang dibacakan Irwasum Polri, Komjen Agung Budi Maryoto, di acara “Bedah Buku 100 Tahun Hoegeng”, hari Selasa (26/10).
Kapolri mengatakan Jenderal Hoegeng hingga kini menjadi salah satu panutan yang harus dilanjutkan dalam kepemimpinan Polri saat ini dan masa yang akan datang. Menurut Kapolri, sifat-sifat Hoegeng yang tulus, ikhlas dan dekat dengan masyarakat perlu diimplementasikan pada setiap insan Bhayangkara pada level pimpinan sampai dengan pelaksana di lapangan.
“Polri sebagai organisasi yang besar tidak pernah melupakan jasa pendahulunya, Jenderal Hoegeng telah mewariskan kebaikan untuk Polri di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang,” katanya.
Sebagai wujud penghormatan dan penghargaan Polri terhadap jasa-jasa Hoegeng, pusat sejarah Polri telah membuat video dokumenter dan memorabilia di Museum Polri. Hal itu demi mengenang nilai-nilai luhur yang ditanamkan Jenderal Hoegeng.
“Semoga nilai luhur yang dibangun oleh almarhum mendapat balasan yang setimpal dan kelak beliau mendapatkan tempat di sisi Allah SWT,” katanya.
Kapolri mengapresiasi kepada Suhartono selaku penulis buku 100 Tahun Hoegeng. Kapolri berharap hasil karya tersebut dapat memberi manfaat yang besar bagi generasi penerus Polri dan seluruh masyarakat Indonesia.
Hoegeng adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri ke-5) periode Mei 1968-Oktober 1971) Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Imam Santoso lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921 dan meninggal pada14 Juli 2004.
Dia termasuk di antara tokoh yang menandatangani Petisi 50, sebuah pernyataan yang menentang penggunaan falsafah negara Pancasila oleh Presiden Soeharto untuk menghadapi lawan-lawan politiknya.
Namanya juga diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Bahayangkara di Mamuju dengan nama Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso. Dan Sejumlah tokoh mengusulkan agar Hoegeng menjadi pahlawan nasional.
Editor : Sabar Subekti
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...