Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 20:22 WIB | Rabu, 02 September 2015

Kategori Folklore Jadi Tantangan Juri Fespas BPK Penabur

Festival Paduan Suara (Fespas) Penabur periode II di Sekolah Penabur Primary-Secondary, Kelapa Gading, Jakarta Utara, hari Rabu (2/9). (Foto: Francisca Christy Rosana)

Kategori Folklore Jadi Tantangan Juri Fespas BPK Penabur

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kategori musik folklore yang dibawakan oleh 23 tim peserta Festival Paduan Suara (Fespas) Penabur periode II ternyata menjadi tantangan bagi sejumlah juri yang didatangkan dari luar negeri. 

Dr Kirby Shaw, pengajar musik ternama dari United State of America mengatakan, subjek tersulit yang dihadapi juri internasional adalah melakukan penilaian pada lagu daerah yang dibawakan peserta. 

"Taoi kami sudah mensiasatinya, pada umumnya, ada satu orang dalam bagian juri yang mengerti tentang musik itu dan kami yang tidak familiar dengan lagu itu melihat seberapa besar perasaan yang disampaikan oleh peserta," ujar Kirby saat konferensi pers di Sekolah Penabur Primary-Secondary, Kelapa Gading, Jakarta Utara, hari Rabu (2/9). 

Dari penilaian yang mengandalkan insting perasaan tersebut, para juri kawakan ini dapat membedakan peserta yang bernyanyi dengan mengutamakan perasaan dan penyanyi yang hanya sekadar bernyanyi. 

Juri yang terlibat selain Kirby ialah Masahi Kishimoto dari Jepang, Beverly S Cheng dari Filipina, Agustinus B jusana dari Indonesia, Pritta Kartika dari Indonesia, Lim Ai Hooi dari Singapura, dan Tomislav Dimov dari Makedonia. 

Direktur Artistik, Tommyanto Kandisaputra mengatakan, kategori folklore penting dikompetisikan dalam festival ini karena folklore menggambarkan kekayaan Indonesia yang tak habis digali. 
"Indonesia selalu menjadi pusat perhatian dan pemenang di kategori folklore di lomba paduan suara tingkat dunia. Dalam 10 tahun terakhir, komposisi Indonesia dalam folklore telah mendunia," kata dia. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home