Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 13:51 WIB | Minggu, 13 Maret 2016

Kaum Perempuan Deklarasikan Gerakan Tolak Reklamasi di Indonesia

Kaum Perempuan Deklarasikan Gerakan Tolak Reklamasi di Indonesia
Kaum perempuan dari berbagai daerah diantaranya Makassar, Palu, Bali, Jakarta dan Lampung yang tergabung dalam Solidaritas Perempuan mendeklarisakn gerakan Perempuan Tolak Reklamasi yang digelar disalah satu kedai kopi di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Minggu (13/3). Para perempuan menilai projek reklamasi yang ada di Indonesia merugikan bagi kaum nelayan di pesisir khususnya nelayan perempuan yang menjadi tempat kehidupannya. (Foto-foto: Dedy Istanto).
Kaum Perempuan Deklarasikan Gerakan Tolak Reklamasi di Indonesia
(ki-ka) Puspa Dewi Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan, Ela Sari Solidaritas Perempuan mewakili Jabodetabek, serta Nurhayati Solidaritas Perempuan Angin Mammir, Makassar saat menjadi narasumber dalam acara deklarasi gerakan Perempuan Tolak Reklamasi yang digelar disalah satu kedai kopi di kawasan Jakarta Pusat.
Kaum Perempuan Deklarasikan Gerakan Tolak Reklamasi di Indonesia
Puspa Dewi saat menjelaskan penyebaran reklamasi yang terjadi di Indonesia yang dinilai lebih banyak merugikan para nelayan di pesisir khususnya bagi nelayan perempuan yang digelar disalah satu kedai kopi di kawasan Jakarta Pusat.
Kaum Perempuan Deklarasikan Gerakan Tolak Reklamasi di Indonesia
Atribut tulisan protes sebagai bentuk penolakan terhadap reklamasi pantai yang selama ini terjadi di Indonesia yang dinilai bagi kaum perempuan merugikan bagi para nelayan perempuan pesisir.
Kaum Perempuan Deklarasikan Gerakan Tolak Reklamasi di Indonesia
Nurhayati (tengah) memberikan penjelasan terhadap kondisi nelayan perempuan pesisir di Makassar yang dinilai merugikan karena sulit mencari ikan dan kerang.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kaum perempuan dari lembaga Solidaritas Perempuan diberbagai daerah mendeklarasikan gerakan “Perempuan Tolak Reklamasi” dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional yang digelar disalah satu kedai kopi di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, hari Minggu (13/3).

Deklarasi gerakan menolak reklamasi dari lembaga pegiat perempuan perwakilan daerah diantaranya Makassar, Jakarta, Palu, Bali, dan Lampung tersebut ditandai dengan menyerukan penolakan terhadap projek reklamasi yang berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat, khususnya di pesisir pantai.

“Projek reklamasi berpotensi merugikan bagi kehidupan para nelayan, khususnya nelayan perempuan yang susah akan mencari ikan di laut. Sebelum reklamasi nelayan dapat menghasilkan Rp 80.000 dalam sehari sebagai pencari dan pengupas kerang di Makassar, namun sejak reklamasi saat ini hanya mendapat Rp 20.000 sehari, “ kata Nurhayati dari Solidaritas Perempuan Anging Mammiri di Makassar saat menjelaskan dampak buruk reklamasi bagi kehidupan nelayan.

Selain Nurhayati, Ela Sari dari Solidaritas Perempuan Jakarta, Bogor, Tangeran dan Bekasi (Jabodetabek) menambahkan perekonomian yang semakin menghimpit dirasakan juga bagi masyarakat pesisir Jakarta. Ela mengatakan perempuan pesisir sampai saat ini belum mendapatkan pengakuan atas dirinya sebagai perempuan nelayan. Hal itu mengakibatkan semakin terpinggirkan peran perempuan dari ruang pengambilan keputusan dan juga menyampaikan pendapat. Projek reklamasi di Teluk Jakarta semakin memperparah situasi, selain disibukan dengan beban kerja domestiknya, banyak perempuan pesisir yang harus rela bekerja 18 jam dalam sehari. Menurut Ela hal tersebut mengakibatkan ruang politik dan sosial perempuan semakin sempit dan dapat membahayakan kesehatan perempuan, termasuk kesehatan reproduksinya.

Melihat kondisi itu gerakan menolak reklamasi sudah selaiknya menjadi sebuah gerakan nasional. Kaum perempuan yang hadir dalam acara tersebut mewakili seluruh kaum perempuan nelayan dan pesisir di Indonesia mendeklarasikan gerakan “Perempuan Tolak Reklamasi” dengan menuliskan berbagai protes disebuah atribut kertas dan poster. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home