Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 15:48 WIB | Kamis, 20 Februari 2014

Kejuaraan Bulutangkis NU Menjaga Semangat Generasi Muda

Spanduk bertuliskan Kejuaraan Bulutangkis NU di depan kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat. (Foto: Prasasta Widiadi.)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) berkepentingan untuk mengawal salah satu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan dan kepemudaan. Fathoni Futhaki selaku Ketua Pengurus Pusat Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (PP IPNU) Bidang Seni, Budaya, dan Olahraga, mengatakan hal tersebut melalui surat elektronik yang diterima satuharapan.com pada Kamis (20/2).

“Tidak hanya eksis mengawal kebijakan pemerintah terkait pendidikan nasional di bangku sekolah, tetapi juga mempunyai kewajiban menjaga, mempertahankan, dan mengembangkan segala hal yang bermuatan edukatif,” kata pria yang akrab disapa Toni tersebut.  

Dalam rangka menyambut hari lahir ke-60 Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama, PP IPNU dan didukung Majelis Alumni Presidium IPNU mewujudnyatakan generasi muda melalui hal-hal edukatif, dan salah satu kegiatan positif tersebut adalah Kejuaraan Bulutangkis NU.  

“Majelis Alumni IPNU, dan PP IPNU bidang kesenian, budaya, juga olahraga, turut berperan serta menjaga spirit perjuangan bangsa melalui turnamen bulutangkis pelajar,” lanjut Toni.

IPNU berharap organisasi kepemudaan di Indonesia lainnya juga melakukan langkah yang sama untuk kebaikan negeri ini dalam kegiatan positif apa pun.

“Setiap langkah asosiasi maupun organisasi kepemudaan semoga tetap dalam ikhtiarnya berjalan dan berpikir untuk kebaikan generasi bangsa, dalam pengabdiannya untuk NKRI,” Toni menambahkan.

Sejak berdiri pada 24 Februari 1954, IPNU, kependekan dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, dalam perkembangannya sempat berganti nama dalam salah satu konggresnya di Jombang 1988 menjadi Ikatan Putera Nahdlatul Ulama karena harus menyesuaikan diri dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang keorganisasi masyarakatan (ormas), yang melarang adanya organisasi pelajar di sekolah selain Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Namun, setelah Orde Baru tumbang, pada saat kongres ke-14 di Surabaya pada 18-22 Juni 2003, kepanjangan IPNU kembali seperti semula, yakni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.

IPNU melakukan kegiatan politik terkonsep sejalan dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) sebagai organisasi pengayom, politik yang diutamakan adalah kebangsaan, tidak kepada politik praktis.

“Apa pun yang terjadi sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama(NU), IPNU harus berdiri linear dengan visi misi NU, karena masih banyak ruang dan tanggung jawab IPNU daripada berbicara politik praktis atau berebut kekuasaan. IPNU harus mampu mengisi ruang kosong sistem pendidikan, baik sistem pendidikan sekuler (sekolah), maupun agamis (pesantren),” lanjut Toni.

Toni mengatakan IPNU adalah organisasi pembelajar (learning organization) di mana salah satu poin pentingnya, yakni para pemuda, selalu dilibatkan dalam kegiatan positif yang membangun karakter dan humanis,

“Secara substansial, pembelajaran pada intinya adalah menjadikan manusia sangat manusiawi (humanis). Tujuan organisasi IPNU salah satunya yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan diskusi, seminasi, atau kegiatan olahraga dan lain sebagainya hanyalah salah satu di antaranya,” kata Toni.

IPNU yang mempunyai 474 cabang di seluruh kabupatan dan kota se-Indonesia, sejauh ini telah menggalang kerja sama dengan pemerintah dalam bidang pendidikan.

“Akhir-akhir ini kita sedang berkomunikasi dengan kementerian luar negeri dalam rangka memberikan pembekalan bagi mahasiswa yang akan belajar keluar negeri sebagai langkah preventif terhadap radikalisasi agama pada pelajar Indonesia di luar negeri,” kata Toni.

Kerja nyata itu merupakan salah satu contoh nyata IPNU pada bidang pendidikan, pada kehidupan nyata, di tengah-tengah fenomena komersialisasi pendidikan yang mempersempit kesempatan bagi keluarga miskin untuk mendapat pendidikan yang layak. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home