Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 14:31 WIB | Jumat, 09 Oktober 2015

Kelompok Anti Islam Australia Ancam Demo Pembangunan Masjid

Kepala Kepolisian Victoria, Australia, Komisioner Graham Ahston. (Foto: australiaplus.com)

VICTORIA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok anti Islam bernama United Patriots Front (UPF) berencana akan kembali melakukan aksi demonstrasi menentang rencana pembangunan masjid di Bendigo, Victoria, Australia pada akhir pekan ini.

Sebelumnya UPF telah melakukan aksi ujuk rasa di Bendigo pada Agustus lalu. Akan tetapi, aksi tersebut kemudian ditentang oleh masyarakat di kota yang terletak sekitar dua jam dari Melbourne itu.

Rencana aksi demo UPF ini bertepatan dengan rencana kegiatan demonstrasi anti Islam di berbagai tempat lainnya di Australia dan di negara lain, yang menurut penyelenggaranya akan menjadikan masjid sebagai sasaran demonstrasi.

Kepala Kepolisian Victoria, Australia, Komisioner Graham Ahston, memperingatkan aksi demo yang dilakukan kelompok anti Islam akan merusak reputasi Victoria dengan sejarah panjang multikulturnya. Polisi akan diturunkan untuk menjaga masjid di seluruh Victoria.

Menurut Komisioner Ashton, reputasi Victoria yang ramah dan hangat kini semakin terancam dengan munculnya gelombang baru sikap tidak toleran dari kelompok masyarakat tertentu.

Menurut Ashton, meskipun polisi bertanggung jawab untuk menjaga hak setiap orang dalam melakukan aksi demonstrasi secara damai, namun hak orang lain dalam menjalankan agamanya juga harus dijamin bebas dari intimidasi dan ancaman.

"Setiap tempat ibadah, apakah itu gereja, masjid, kuil atau sinagog, adalah tempat suci untuk melaksanakan kepercayaannya masing-masing," kata Ashton sebagaimana dikutip Australia Plus, hari Jumat (9/10).

"Tempat ibadah itu sangat khusus bagi mereka yang datang, dan tidak boleh dijadikan sasaran kebencian dan penghinaan, apalagi perusakan dengan kekerasan," kata Komisioner Ashton.

Diperkirakan Kepolisian Victoria akan menurunkan polisi untuk berjaga-jaga di masjid-masjid di wilayah itu, demi mengantisipasi rencana demonstrasi kelompok anti Islam itu.

Komisioner Ashton menambahkan, kejadian penembakan karyawan kepolisian di Sydney pekan lalu, membuat banyak orang kesal. Namun dia memperingatkan kejadian ini tidak boleh jadi alasan melakukan tindakan tidak toleran.

"Kini, adalah waktunya bagi warga Victoria dari berbagai agama untuk tegak bersama dalam nilai-nilai yang menyatukan kita, bukan menonjolkan perbedaan," katanya.

Dia memperingatkan bahwa polisi tidak akan menoleransi segala bentuk kekerasan dalam aksi demonstrasi yang akan dilakukan.

Pemerintah Kota Bendigo telah menyetujui permohonan untuk mendirikan masjid di kota itu yang diajukan oleh Asosiasi Muslim Bendigo. Keputusan Pemkot Bendigo itu kemudian digugat oleh pihak yang tidak setuju namun gugatan itu tidak berhasil termasuk di peradilan banding.

Sementara itu Menteri Utama (Premier) Victoria, Daniel Andrews, datang ke Bendigo hari Jumat (9/10) guna mengadakan pertemuan dengan kalangan pendukung kehidupan multikultur di kota itu.

Menurut politisi Partai Buruh ini, pandangan ekstrim dan penuh kebencian yang dilontarkan orang-orang fanatik, tidak akan ditolerir.

"Ini bukan lagi menyangkut isu izin mendirikan masjid, ini bukan demo menentang pembangunan masjid. Ini sudah merupakan demo menentang kehadiran umat Islam, dan hal itu sama sekali tidak bisa dibenarkan," kata Andrews.

"Saya tahu banyak warga Bendigo yang marah dan sedih karena kotanya kini mendapatkan reputasi buruk," katanya menambahkan.

Secara terpisah Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne mengeluarkan imbauan kepada warga Indonesia mengenai adanya rencana aksi demonstrasi kelompok anti Islam yang akan menjadikan masjid sebagai sasaran demo. KJRI Melbourne mengimbau agar warga Indonesia untuk lebih waspada dan berhati-hati.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home