Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 10:58 WIB | Jumat, 01 Mei 2015

Kelompok Radikal Salah Pahami Alquran dan Hadis

Katib Aam PBNU KH Malik Madani. (Foto: nu.or.id)

MATARAM, SATUHARAPAN.COM – Katib Aam PBNU KH Malik Madani mengungkapkan, munculnya gerakan-gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam adalah akibat kesalahan mereka dalam menafsirkan Alquran dan dan Hadis Nabi Muhammad SAW.

Menurut KH Malik Madani, sebenarnya kelompok radikal itu ingin mengamalkan Alquran dan Al-hadits secara kaffah, namun mereka salah jalan.

“Akibat salah jalanya itu mereka berprilaku seperti orang-orang Khawarij yang mengafirkan orang-orang yang tidak segolongan. Tidak hanya itu, mereka pun menghalalkan darah orang-orang yang merekakafirkan,” kata  Malik Madani yang disampaikannya dalam seminar nasional “Menangkal Ideologi Radikal  dengan Paham Ahlussunnah wal Jamaah ala Indonesia” di Mataram, Rabu (29/4) dan kegiatan diadakan oleh Lembaga Takmir Masjid PWNU NTB yang dibuka oleh Wakil Gubernur setempat.

Karena itu, kata Malik Madani untuk menangkal merebaknya ideologi ini. Pemahaman terhadap Ahlusunnah wal Jamaah (Aswaja) yang genuine harus didakwahkan di tengah-tengah masyarakat. Aswaja yang asli mengajarkan toleransi, keseimbangan, musyawarah, keadilan dan persamaan derajat.

Sementara itu, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH Cholil Nafis dalam kesemapatan itu juga menegaskan bahwa gerakan radikalis teroris yang mengatasnamakan Islam adalah akibat tidak paham dengan istilah negara Islam.

Menurut Cholil, Islam tidak menentukan model negara. “Asal dalam negara itu ada kesatuan dan kemaslahatan bagi umat beragama adalah negara Islam. Alquran mengatakan bahwa Islam adalah agama wasathi.  yaitu menjadikan umat pilihan yang adil, dan pertengahan dari ekstrem kanan dan ekstrem kiri," kata dia.

Ia menambahkan, nilai-nilai Islam senantiasa humanistik dan tasamuh (toleran). Karena itu, kalau ada gerakan Islam yang anti kemanusiaan dan memaksakan kehendak dengan kekerasan destruktif, jelas itu bukan gerakan Islam. Karena itu jangan diikuti.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama NTB dalam paparannya menyampaikan bahwa pesantren-pesantren yang berbasis budaya lokal telah terbukti mengajarkan Islam rahmatan lil alamin dan telah menjadi penopang berdiri tegaknya NKRI.

Ia juga menegaskan, kemenag telah membuat regulasi  agar pesantren tidak mengajarkan radikalisme agama karena itu pesantren yang diberi izin operasional adalah pesantren yang kurikulumnya tidak mengajarkan radikalisme.

Ketua PWNU NTB Tgh. Ahmad Taqiuddin Manshur, menyerukan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman provokatif yang mengatasnamakan Islam. Karena itu, ia menghimbau agar masyarakat memahami betul ajaran Aswaja yang diajarkan di Indonesia.

Acara ini ditutup oleh doa yang dibacakan oleh ulama karismatik NTB Tgh. Lalu Muhammad Turmudzi Badaruddin. Dalam doanya  Tgh. Turmudzi memohon kepada Allah SWT agar umat Islam senantiasa ditunjukan pada pemahaman agama yang benar dan pemahaman agama agama yang dapat mengantarkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. (nu.or.id)

 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home