Loading...
INDONESIA
Penulis: Melki Pangaribuan 21:09 WIB | Selasa, 21 Juli 2015

Kemarau Panjang Perparah Gizi Buruk di NTT

Di sebagian wilayah NTT, termasuk di Atambua ini, curah hujan masih mencukupi. (Foto: bbc.com)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Gagal panen akibat kemarau panjang di sejumlah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur memperburuk gizi buruk di kalangan anak-anak.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan sebanyak 1.918 anak mengalami gizi buruk selama lima bulan pertama tahun 2015, 11 di antaranya meninggal dunia.

Kasus kekeringan sebetulnya selalu terjadi setiap tahun di NTT, namun bencana tahun ini dirasakan lebih parah, seperti yang dirasakan di enam desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

"Daerah itu di pesisir pantai di bagian selatan Pulau Timor, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Di enam desa itu kering karena hujannya tahun ini cuma tiga kali," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Husein sebagaiamana dikutip BBC Indonesia.

"Sehingga dalam jangka waktu itu, tanaman padi maupun jagung tidak bisa diatasi karena daerahnya kering," katanya.

Akibatnya, sejauh ini sekitar 1.000 jiwa di enam desa mengalami rawan pangan.

Pemahaman Gizi

Akan tetapi kekurangan pangan akibat kekeringan bukan penyebab tunggal gizi buruk pada anak-anak.

"Keluarga biasanya memberikan porsi besar kepada para suami. Anak-anak mendapatkan sisa makanan dari bapak-bapak. Artinya, porsi yang seharusnya diberikan kepada anak-anak kadang-kadang kurang diperhatikan, yang lebih diutamakan adalah orang tuanya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara, Dery Fernandez.

Ditambahkannya, tahun ini 106 balita di Kabupaten Timor Tengah Utara menderita gizi buruk dan sebagian besar dari mereka telah pulih setelah diberi makanan tambahan selama tempo 90 hari.

"Tinggal 18 anak yang sedang dalam proses penanganan," kata Dery Fernandez.

Di samping kurangnya pemahaman pola makan, sepertinya gizi buruk - yang merupakan persoalan kronis di Nusa Tenggara Timur - masih sulit diatasi selama sumber pendapatan penduduk mengandalkan pertanian.

"Persoalan kami adalah karena musim hujannya hanya empat bulan, itu pun tidak setiap hari. Musim kemarau delapan bulan. Jadi bagaimana bisa kami andalkan pertanian? Jadi harus diubah, mata pencaharian dan sumber makanannya bukan dari pertanian," kata Kepala Dinas Kesehatan NTT, Stefanus Bria Seran.

Bagaimanapun ia menandaskan bahwa secara umum gizi buruk di Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan penurunan. Menurutnya, selama lima tahun lalu, jumlah penderita gizi buruk mencapai 5.000 anak tetapi kini menurun menjadi 1.918.

Pembangunan Embung

Menyusul kekeringan yang terjadi sejak tahun 2014 di TTS sehingga menyebabkan gagal panen, terutama jagung yang menjadi makanan pokok penduduk, pemerintah pusat berjanji akan membangun 1.000 sumur bor dan embung atau bendungan.

"Inilah satu-satunya jalan untuk mengatasi. Artinya, dari pemerintah provinsi tidak mungkin mampu membantu setiap hari. Pemerintah harus memperdayakan warga," kata Husein.

Sumur bor dan embung juga pernah dibangun di wilayah NTT. "Tetapi selama ini banyak pembangunan sumur bor yang ditinggalkan karena tidak menemukan mata air di daerah berbukit dan bergunung ini," kata Oscar Praso, seorang wartawan di NTT.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home