Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 07:47 WIB | Senin, 02 Januari 2017

Kemenag Tekankan Tiga Sikap Toleransi di Daerah Majemuk

Ilustrasi. Para pemimpin organisasi keagamaan di Indonesia saat mengangkat tangan usai mendeklarasikan gerakan menolak radikalisme, terorisme, dan narkoba dalam acara Apel Kebhinnekaan Lintas Iman Bela Negara yang digelar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (17/1/2016) (Foto: Dok. satuharapan.com/Dedy Istanto)

AMBON, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Masyarakat  (Sesditjen Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag), Muhammadiyah Amin mengatakan bahwa setidaknya ada tiga sikap toleransi yang perlu ditumbuhkembangkan di daerah seperti Ambon, Maluku yang memiliki kondisi kerukunan yang sangat majemuk dan dinamis.

Saat memberi sambutan di Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di pelataran Masjid Al-Fatah, Ambon, hari Sabtu (31/12/2016), Muhammadiyah Amin menjelaskan hal penting yang pertama yakni dalam setiap masyarakat yang memiliki kemajemukan harus secara bersama-sama menciptakan kedamaian antarumat.

"Dalam kehidupan yang majemuk dan tersusun masyarakat mayoritas dan minoritas sudah seharusnya memegangi pakem bahwa yang mayoritas menyayangi yang minoritas dan yang minoritas menghormati yang lebih banyak, meski inti dari semuanya adalah saling menghargai keberadaan masing-masing," kata Muhammadiyah Amin.

Menurut dia, kedamaian dapat terwujud bila didasari  sikap saling menghormati dan menghargai.

“Tidak boleh ada hegemoni mayoritas dan tirani minoritas,” kata dia.

Hal penting Kedua, kata dia, adalah masing-masing elemen masyarakat harus bersikap dan bertindak egaliter.

Dia mencontohkan dari pemahaman dan sikap bahwa setiap orang memiliki kedudukan dan derajat yang sama, dan hanya dibedakan dari segi agama dan keyakinan, tetapi setiap orang sebagai individu dapat menangis, sedih, tersinggung, dan marah. Semua itu merupakan fakta yang harus dipahami.

Sikap ketiga yang penting dikedepankan dalam menjaga toleransi, lanjut Muhammadiyah Amin, adalah tidak mudah terprovokasi.

Menurut dia, setiap masyarakat harus menghindari sikap atau ujaran yang berpotensi menyebabkan ketersinggungan, baik terkait persoalan intern dan antar umat beragama.

Dalam kaitan ini, masyarakat perlu meningkatkan sikap tolong-menolong, saling menghormati, tidak saling curiga, menghargai hak-hak sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.

"Banyak terjadinya konflik intern dan antarumat beragama disebabkan oleh ulah satu atau beberapa oknum saja, lalu mengundang aksi dari orang-orang yang sepaham atau sekeyakinan dengannya,” kata dia.  (kemenag.go.id)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home