Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 18:22 WIB | Sabtu, 18 Juli 2015

Kenapa Daerah Insiden Salat Id Itu Disebut Tolikara?

Logo Kabupaten Tolikara. (Foto: tolikarakab.go.id)

SATUHARAPAN.COM – Kabupaten Tolikara di Provinsi Papua mendadak menyita perhatian setelah insiden pembakaran kios dan musala yang terjadi saat salat Idul Fitri di halaman Koramil Karubaga, pada Jumat (17/7), pukul 07.00 WIT. Ternyata, nama kabupaten yang terletak di pegunungan tengah Papua itu memiliki makna penting.

Mengutip dari situs Kabupaten Tolikara, tolikarakab.go.id, pada Sabtu (18/7), nama Tolikara merepresentasikan kemajemukan masalah hidup warga sekitar. “Jeritan itu diabadikan dalam sebuah akronim Tolikara, ‘Tolong Lihat Kami Ini Rakyat’,” demikian tertulis dalam situs itu.

Kabupaten Tolikara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua.

Secara geografis, Kabupaten Tolikara terletak antara garis koordinat 138° 00’57” – 138°54’32” Bujur Timur dan 2° 52’58” – 3° 51’2” Lintang Selatan.

Kabupaten Tolikara memiliki luas wilayah 5.234 kilometer persegi yang terbagi menjadi empat kecamatan dengan Karubaga sebagai ibu kota kabupaten. Untuk mencapai Tolikara dapat melalui udara dengan menggunakan pesawat berbadan kecil dari Wamena atau dari Jayapura. Jalan darat menggunakan bus dari Wamena dengan waktu tempuh sekitar tujuh jam.

Selama 13 tahun ini, Tolikara sudah mengalami pergantian pemimpin enam kali. Diawali dengan Billy Wilhelmus Jamlean, Frans. R Cristantus, Jhon Tabo, Turnip, Yusmin Timang sebagai pelaksana tugas sementara bupati, sampai yang terkini Usman Wanimbo.

Karubaga

Sementara daerah Karubaga awalnya bernama Kondaga. Namun nama tersebut akhirnya diganti setelah kehadiran dua orang misionaris, Gesswein bersama Widbin. Saat itu penduduk Karubaga menyambut mereka dengan kata "Karubaga", dalam bahasa orang Lani. Kar artinya "Kamu" dan Rubaga artinya "Jalanmu". Jadi, saat warga Kondaga menyambut mereka dengan kata "Karkarubaga", maksud warga Kondaga adalah mengatakan "kamu bisa jalan dengan bebas, jangan takut anggap saja jalan ini jalan milikmu".

Tapi, kedua misionaris tersebut langsung menghafal kata itu dan menamai daerah ini Karubaga.

Gesswein dan Widbin sengaja mengubah nama daerah ini menjadi Karubaga untuk mengenang jasa baik penyambutan warga Kondaga. Dengan bantuan warga Karubaga, Gesswein dan Widbin membuka lapangan terbang Karubaga. Lapangan terbang itu dikerjakan swadaya oleh penduduk Karubaga dalam waktu enam minggu dan mendaratkan pesawat pertawa kali pada 5 juni 1957.

Insiden Tolikara

Pada Jumat (17/7), pukul 07.00 WIT, enam rumah, 11 kios dan satu musala dibakar sejumlah warga setempat. Menurut informasi, sebelum insiden itu terjadi ada aksi penembakan yang merobohkan 12 warga Papua, 11 luka-luka, dan 1 meninggal.

Kelompok tersebut membakar karena menolak adanya salat Idul Fitri. Muslim hanya boleh menggelar salat Idul Fitri di luar wilayah itu karena pada 13-19 Juli 2015 Gereja Injil di Indonesia (GIDI) tengah menggelar seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) pemuda GIDI tingkat internasional. Ini sesuai surat imbauan Ketua GIDI wilayah Tolikara Pendeta Nayus Wenea dan Sekretaris GIDI Pendeta Marthe Jingga pada 11 Juli 2015.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home