Loading...
INSPIRASI
Penulis: Desman Perdamaian Gulo 05:25 WIB | Selasa, 16 Agustus 2016

Kesetiaan Monginsidi

Monginsidi memperlihatkan jiwa kepemimpinan yang beriman, bermoral, berprakarsa, serta rela berkorban bagi negeri.
Robert Wolter Monginsidi (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Pada 5 September 1949 seorang pemuda keturunan suku Bantik-Minahasa menjalani hukuman mati di tanah Makassar oleh tentara Belanda yang memboncengi sekutu datang kembali ke Indonesia. Delapan peluru bersarang di tubuhnya. Empat di dada kiri, satu di dada kanan, satu di ketiak kiri menembus ketiak kanan, satu di pelipis kiri, dan terakhir satu di pusar.

Robert Wolter Monginsidi, belum genap 25 tahun usianya, mati saat itu juga. Khalayak ramai pun tumpah ruah di jalanan mengantarkan kepergiannya. Tidak memakai kendaraan tetapi berjalan kaki. Itulah penghormatan terakhir yang disematkan kepadanya.

Monginsidi merupakan pribadi yang sangat mengasihi bangsanya. Menurut kesaksian rekan tahanannya, dia giat membaca buku-buku sejarah dan pelajaran bahasa. Dia sosok yang tekun dalam menimba ilmu pengetahuan dan juga setia dalam mendalami Injil sebagai pedoman hidupnya. Sebelum tidur dia selalu membaca Alkitab. ”Apa yang saya tinggalkan hanyalah rohku saja yaitu roh ’setia hingga akhir pada tanah air’ dan tidak mundur sekalipun menemui rintangan apa pun menuju cita-cita kebangsaan yang ketat, katanya sebelum ajal menjemput.

Kegigihannya dalam mendalami berbagai ilmu pengetahuan serta kedisplinan dalam mempelajari Alkitab membawa dia menemukan sebuah panggilan untuk berjuang bagi bangsanya sendiri. Dia berjuang bukan karena sebuah kepentingan pribadi, bukan pula untuk sebuah ketenaran. Tetapi, dia berjuang seutuhnya demi memenuhi panggilan hidupnya. Menurut dia: ”Berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan kepada Tuhan Yang Maha Esa.”

Monginsidi memberikan sumbangsih penting bagi sejarah bangsa Indonesia dengan memperlihatkan jiwa kepemimpinan yang beriman, bermoral, berprakarsa, serta rela berkorban bagi negeri. Pribadi macam begini sungguh dibutuhkan Indonesia pada hari-hari terakhir ini.

Merdeka!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home