Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 00:00 WIB | Sabtu, 04 Januari 2014

Kisah Para Majus

Yesus dan Para Majus (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Minggu 5 Januari adalah Minggu Epifania atau Hari Raya Penampakan Tuhan. Hingga kini Gereja Ortodoks Timur merayakan hari raya Epifania dengan meriah, bahkan lebih meriah ketimbang Natal 25 Desember, yang diselenggarakan pada 6 Januari.

Di Gereja Katolik—dan protestan mengikuti tradisi ini—Epifania dirayakan pada Minggu terdekat dengan 6 Januari. Jika Epifania di gereja-gereja Timur mengkhususkan diri pada pelayanan awal Yesus Kristus, maka gereja-gereja barat memfokuskan pada Injil bagi segala bangsa melalui kisah orang majus.

Kisah para Majus menyatakan bahwa Allah bekerja dalam berbagai cara untuk menyatakan kehendak-Nya. Jika kepada para gembala Allah menyatakan berita Natal melalui malaikat, maka kepada para Majus—yang tentunya tidak mengenal dan percaya akan keberadaan makhluk surgawi—Allah berbicara melalui pengetahuan mereka.

Perhatikan kalimat ini: ”Kami telah melihat bintang-Nya di Timur!” (Mat 2:2). Kalau gembala-gembala—juga saya—yang melihat bintang-Nya, ya nggak nyambung. Bintang itu sama seperti bintang-bintang lainnya. Jadi, tidak ada frase bintang-Nya!

Sekali lagi, Allah bekerja tidak hanya melalui satu cara. Sang Komunikator Agung menyapa manusia dalam keberadaannya. Allah menyapa manusia berdasarkan situasi dan kondisi manusia.

Dan sapaan itu unik. Oleh karena itu, jangan paksa Allah untuk menyatakan kehendak-Nya menurut keinginan kita. Allah, Sang Pencipta, memahami ciptaan-Nya. Dia mengetahui cara yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan manusia. Persoalannya: Apakah manusia cukup peka untuk menyambut sapaan Allah?

Para Majus peka. Mereka mengambil keputusan untuk mencari Raja yang baru dilahirkan itu. Penulis Injil Matius mengisahkan bagaimana orang-orang bijak datang dari jauh untuk menyatakan penghormatan mereka kepada raja yang baru dilahirkan.

Dalam kisah ini mereka mewakili orang-orang bukan Yahudi yang datang dari jauh untuk menghormati Anak di Betlehem yang bakal menjadi pemimpin umat manusia. Dengan kisah ini, Penulis Injil Matius agaknya juga bermaksud mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada umat-Nya lewat orang-orang yang bukan dari kalangan mereka sendiri!

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home