Loading...
HAM
Penulis: Kartika Virgianti 12:54 WIB | Minggu, 14 Desember 2014

Komnas HAM Beri Penghargaan HAM Mendiang Munir dan Maria Ulfah

Ketua Komnas HAM Hafid Abbas (kanan) saat memberikan penghargaan kepada almarhum Maria Ulfa yang diwakilkan oleh putra angkatnya, Darmawan Wiroreno (kiri) dalam acara peringatan Hari HAM Internasional di kantor Komnas HAM, Jl. Latuharhary, Jakarta Pusat, Rabu (10/12), sedangkan untuk Munir, penghargaan telah diserahkan kepada isteri almarhum, Suciwati pada Senin, 8 Desember 2014 di Omah Munir Malang. (Foto: dok/satuharapan.com/Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)  memberikan penghargaan Anugerah Hak Asasi Manusia 2014 pada dua tokoh Nasional yakni Munir Said Thalib dan Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo.

Pemberian penghargaan dalam rangka Hari HAM Sedunia, 10 Desember 2014 lalu karena keduanya dinilai sebagai tokoh yang  berjasa luar biasa dalam memperjuangkan perlindungan HAM. 

Proses pemilihan penerima Anugerah HAM dilakukan secara bertahap oleh tim penilai independen yang terdiri dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof Jimly Asshiddiqie, mantan Menteri Luar Negeri, Hassan Wirajuda, pelapor khusus PBB untuk Palestina, Makarim Wibisono, mantan Ketua Mahkamah Agung (MA), Bagir Manan, tiga aktivis HAM, Anugerah Pekerti, Zumrotin K. Susilo, Saparinah Sadli (aktivis perempuan dan akademisi). 

Ini merupakan pertama kalinya Komnas HAM memberikan penghargaan kapada para tokoh yang dianggap berjasa, selanjutnya pemberian penghargaan ini rencananya akan dilakukan setiap tahun. Penghargaan ini juga merupakan wujud ucapan terimakasih dan apresiasi kepada orang-orang yang layak menjadi  inspirasi dan panutan bagi pemerintah maupun masyarakat dalam menghormati, memajukan dan menegakkan hak asasi manusia, sebagaimana tema tahun ini Human Rights for all, all for Human Rights (HAM untuk semua, semua untuk HAM).

Penyerahan penghargaan Anugerah HAM  ini secara resmi dilakukan dalam peringatan Hari HAM sedunia yang diadakan di Kantor Komnas HAM Jl. Latuharhary no 4B Jakarta. Acara tersebut akan dirangkai dengan Pentas Seni Peduli HAM yang akan dimeriahkan dengan Kolaborasi Musik dan Lukis HAM: Sujiwo Tejo, Cak Kandar dan Anang Iskandar (Kepala BNN). Acara ini juga dimeriahkan oleh sejumlah artis, seperti Bimbo,  Delon, Kerispatih, Siti Badriyah, Saskia Gotik, dan artis lainnya.

 Khusus untuk Munir, penghargaan telah diserahkan kepada isteri almarhum, Suciwati pada Senin, 8 Desember 2014 di Omah Munir Malang,  karena sejumlah kesibukan yang dilakukan oleh Suciwati dalam rangkaian hari HAM sedunia. 

Sekilas tentang Munir dan Maria Ulfah

Munir Said Thalib lahir di Malang, 7 September 1965  adalah tokoh muda pembela HAM (Human Right Defender) yang sangat konsisten, pekerja keras dan berani dalam memperjuangkan hak-hak asasi  para korban pelanggaran HAM, hingga akhir hayatnya. 

Munir pernah menangani sejumlah kasus pelanggaran HAM yang mendapat banyak perhatian masyarakat, seperti kasus Waduk Nipah Madura,  pembunuhan aktivis buruh Marsinah,  kasus Timor Timur, dan sejumlah kasus pelanggaran HAM berat masa lalu (penghilangan orang secara paksa, Talangsari, Semanggi I, Semanggi II, Tanjung Priok, dan lain sebagainya).

Munir meninggal dunia dalam perjalanan menuju Amsterdam, di masa pemerintahan Presiden Megawati tahun 2004 pada umur 38 tahun.  Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia, Imparsial.

Sementara almarhumah Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo (18 Agustus 1911 - 15 April 1988) adalah Menteri Perburuhan pertama Indonesia (1947-1948) dan menteri perempuan pertama dalam sejarah Indonesia , yang  dikenal konsisten memperjuangkan hak asasi manusia.  Dialah yang  mengusulkan agar hak asasi manusia  menjadi pasal khusus dalam UUD 1945.

Meskipun sempat menimbulkan perdebatan panjang dalam hal perlindungan hak warga Negara, usulan Maria Ulfah ini menemukan jalannya ketika beberapa kali amandemen UU 1945 yang memasukkan banyak pasal tentang hak asasi manusia. Maria Ulfah juga dikenal sebagai aktivis perempuan yang gigih memperjuangkan hak politik, anti poligami dan menentang perkawinan di bawah umur. (PR)

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home