Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 20:34 WIB | Jumat, 07 Maret 2014

Konflik Internal Palestina, Gaji Petugas Keamanan Tidak Dibayar

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. (Foto: Ist)

RAMALLAH, SATUHARAPAN.COM - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menghentikan pembayaran gaji kepada sejumlah petugas keamanan yang setia kepada seorang politisi Palestina yang menjadi saingannya. Hal itu memperparah kekacauan dalam faksi Fatah, kata para pejabat Palestina, hari  Kamis (7/3).

Mereka mengatakan bahwa langkah Abbas itu ditujukan untuk melemahkan Mohammed Dahlan, mantan orang kuat di Jalur Gaza. Dia sekarang tinggal di Dubai, namun secara luas diharapkan untuk kembali ke Palestina untuk menantang Abbas sebagai Ketua Fatah dalam pemilihan presiden.

Hal ituberarti konfrontasi antara Fatah dan Hamas yang semula merupakan mitra dalam pemerintahan Palestina, berubah menjadi musuh pada tahun 2007, di mana Hamas menguasai Gaza selama perang saudara yang singkat.

Fatah kini memegang kekuasaan hanya di Tepi Barat yang diduduki Israel, akan mengadakan pemilihan pemimpin baru tahun ini, meskipun belum ada jadwal yang ditentukan. Perpecahan dengan Hamas menyulitkan untuk mendapatkan suara nasional, termasuk dalam meneruskan kekuasaan Abbas yang terpilih sebagai presiden pada tahun 2005.

Pejabat Fatah, Sufian Abu Zayda, mengatakan bahwa gaji yang ditangguhkan pembayarannya adalah untuk 98 petugas keamanan yang bekerja pada Dahlan di Gaza sebelum pengambilalihan wilayah itu oleh Hamas. Beberapa dari mereka telah pindah ke Mesir dan Tepi Barat.

"Kami tahu sebulan lalu tentang niat untuk menangguhkan pembayaran gaji. Ketika itu bank ditutup kemarin sudah jelas bahwa hampir 100 orang, dan 100 keluarga kehilangan pendapatan mereka," kata Abu Zayda kepada kantor berita Reuters.

Seorang pejabat di Tepi Barat yang meminta tidak disebutkan namanya, membenarkan bahwa sejumlah pembayaran gaji telah ditangguhkan, namun menolak mengatakan alasannya.

Konflik Internal Fatas

Dahlan (52 tahun) adalah tokoh muda Fatah yang berselisih dengan Abbas (79 tahun). Penantang lainnya adalah Jibril Rajoub dan Marwan Barghouti yang termasuk orang kuat di Tepi Barat. Marwan terlibat dalam wacana politik Palestina, meski menjalani hukuman seumur hidup di penjara Israel.

Meskipun Hamas menyalahkannya dalam persaingan antar faksi di Gaza, Dahlan baru-baru ini mulai membangun kontak informal dengan kelompok Islamis yang membuat Abbas marah. Ada kemungkinan Hamas dan Dahlan kembali membangun hubungan,  kata pejabat dan analis. Dahlan merupakan salah satu negosiator perdamaian antaraPalestina dan Israel selama beberapa tahun.

Para pejabat Palestina, termasuk Fatah, mengatakan Dahlan juga membangun hubungan dekat dengan Abdel Fattah El-Sisi, menteri pertahanan Mesir dan pemimpin de facto negara itu. Hal ini juga mengganggu Abbas. Kairo telah lama memainkan peran dalam mediasi kunci di antara warga Palestina, dan antara Palestina dan Israel.

Bulan lalu sebuah delegasi pejabat senior Fatah yang setia pada Abbas mengunjungi Gaza, kegiatan yang tergolong langka. Mereka mendesak pendukung Hamas dan Fatah setempat untuk menghindari Dahlan.

Pada tahun 2011, atas perintah Abbas, Komite Sentral Fatah menuduh Dahlan atas pelanggara keuangan dan pidana. Dahlan menolak tuduhan itu dan belum pernah secara resmi didakwa. Tapi dia kemudian meninggalkan Tepi Barat setelah pasukan keamanan Abbas menyerbu rumahnya di sana. Dia pindah ke Amman dan kemudian Dubai. Tentang berita ini, Dahlan tidak bisadihubungi untuk memberikan komentar. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home