Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 19:37 WIB | Selasa, 09 Maret 2021

Krisis Ekonomi Lebanon Makin Parah, Unjuk Rasa Blokir Jalan

Sebuah kendaraan memblokir jalan selama protes terhadap jatuhnya mata uang pound Lebanon dan memuncaknya kesulitan ekonomi di Khaldeh, Lebanon pada hari Senin (8/3). (Foto-foto: Reuters)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Warga Lebanon berunjuk rasa pada hari Selasa (9/3). Mereka menutup jalan untuk melampiaskan kemarahan atas kelambanan politik dalam menghadapi kemiskinan yang semakin parah, tetapi pasukan keamanan berhasil membuka kembali beberapa bagian untuk lalu lintas, menurut laporan AFP.

Lebanon telah terperosok dalam krisis ekonomi, yang telah membawa melonjaknya jumlah pengangguran dan melonjaknya harga barang-barang kebutuhan, sementara nilai mata uang jatuh ke titik terendah terhadap dolar dalam perdagangan di pasar gelap.

Seorang  perempuan dengan kendaraan mencoba menyeberang jalan yang diblokir dengan ban yang terbakar selama protes terhadap jatuhnya mata uang pound Lebanon dan kesulitan ekonomi yang meningkat di Khaldeh, Lebanon pada hari Senin (8/3).

 

Namun pemerintah, yang secara resmi mengundurkan diri setelah ledakan besar di pelabuhan Beirut Agustus lalu yang menewaskan lebih dari 200 orang , telah gagal menyetujui kabinet baru sejak itu.

Pemblokiran jalan terjadi hampir setiap hari di negara kecil di tepi laut Mediterania dan berlangsung sepanjang hari Senin, termasuk di jalan masuk dan keluar ibnu kota Beirut.

Demonstran pada hari Selasa kembali memutus beberapa jalan di kota Tripoli di wilayah utara dan Bekaa di wilayah timur, kata Kantor Berita Nasional (NNA). Jalan raya menuju Beirut juga ditutup sebentar, tetapi kemudian dibuka kembali untuk lalu lintas.

Beberapa pengunjuk rasa menyerukan kebangkitan gerakan jalanan nasional pada akhir 2019 yang menuntut penghapusan seluruh kelas politik Lebanon, yang secara luas dianggap tidak kompeten dan korup.

Lebih dari separuh penduduk Lebanon hidup di bawah garis kemiskinan, dan harga-harga melonjak karena mata uang pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 80 persen nilainya.

Dengan cadangan mata uang asing yang menyusut dengan cepat, pihak berwenang telah memperingatkan mereka akan segera mencabut subsidi bahan bakar dan sebagian besar makanan impor.

 

Seorang demonstran menunjuk ke dekat ban yang terbakar selama protes terhadap jatuhnya mata uang pound Lebanon dan kesulitan ekonomi yang memuncak, di Beirut, Lebanon pada hari Senin (8/3).

 

Presiden Lebanon, Michel Aoun, menuduh para demonstran memblokir jalan sebagai "sabotase", tetapi juga meminta pihak berwenang untuk mencegah "manipulasi harga pangan".

Meski kemarahan tumbuh di jalanan, tidak ada bentrokan serius antara pasukan keamanan dan demonstran dalam beberapa hari terakhir, berbeda dengan aksi unjuk rasa sebelumnya.

Krisis ekonomi Lebanon diperparah dengan beberapa kali penutupan untuk mencegah penyebaran pandemi virus corona.

Pada hari Senin, negara itu memasuki fase baru untuk menurunkan perintah tinggal di rumah yang diberlakukan setelah rumah sakit kewalahan setelah liburan musim dingin.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home