Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:18 WIB | Rabu, 05 Februari 2014

Laporan PBB: Anak-anak Suriah Diperkosa dan Disetrum

Anak-anak Suriah yang terjebak di tengah perang saudara. (Foto: un.org)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM -  Perang saudara di Suriah telah membuat penderitaan yang tak terkira pada anak-anak, termasuk dijadikan perisai hidup dan direkrut untuk bertempur. Demikian laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kepada Dewan Keamanan, hari Selasa (4/2), tentangn banyaknya  pelanggaran hak asasi manusia.

Laporan itu merupakan yang pertama mengenai situasi di Suriah dalam periode 1 Maret 2011 hingga 5 November 2013. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon mengatakan, “pelanggaran itu harus berakhir sekarang.

Laporan tersebut mengatakan bahwa anak-anak Suriah  mengalami penderitaan yang "tak terkatakan" dalam hampir tiga tahun perang saudara. Pemerintah dan kelompok milisi bertanggung jawab atas pembunuhan dan menyiksaan yang tak terhitung jumlahnya. Oposisi juga merekrut anak-anak untuk pertempuran dan menggunakan taktik teror di wilayah sipil.

"Karena itu saya mendesak semua pihak dalam konflik untuk mengambil keputusan, tanpa penundaan, semua langkah-langkah untuk melindungi dan menegakkan hak semua anak di Suriah,” kata dia.

Pelanggaran Sejak Awal

Laporan itu menyebutkan bahwa anak-anak Suriah telah menderita sejak oposisi berusaha untuk menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad, mulai dari pelecehan secara langsung, termasuk kekerasan seksual, dan hak-hak mereka, penutupan sekolah dan penolakan akses ke bantuan kemanusiaan.

"Laporan ini menekankan bahwa penggunaan senjata dan taktik militer yang tidak proporsional dan tanpa pandang bulu oleh pasukan pemerintah dan milisi yang terkait menyebabkan pembunuhan yang tak terhitung jumlahnya, dan menyebabkan cacat pada anak-anak. Tindakan lain adalah merintangi akses anak terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan," kata Ban.

"Pasukan pemerintah juga bertanggung jawab atas penangkapan, penahanan sewenang-wenang, perlakuan buruk dan penyiksaan terhadap anak-anak. Kelompok oposisi bersenjata bertanggung jawab untuk perekrutan dan penggunaan anak-anak dalam pertempuran dan tugas dukungan pasukan. Anak-anak dilibatkan dalam operasi militer, termasuk menggunakan taktik teror, di wilayah penduduk sipil yang menyebabkan korban, termasuk anak-anak," kata Ban.

Laporan ini menyoroti banyaknya anak yang hilang. Dan PBB menyebutkan semua pihak dalam konflik menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan di daerah-daerah yang paling terpengaruh oleh pertempuran. Dia memperingatkan bahwa anak-anak mengalami tekanan tingkat tinggi akibat menyaksikan pembunuhan dan penyiksaan pada anggota keluarga dan rekan-rekan mereka. Mereka juga terpisah dari keluarga  atau terpaksa mengungsi.

Kesaksian Anak

Laporan itu juga menyebutkan adanya penahanan pada anak-anak berusia 11 tahun atas tuduhan berhubungan dengan kelompok-kelompok bersenjata oleh pasukan pemerintah. Hal itu dilakukan dalam kampanye penangkapan besar-besaran. Laporan mengatakan bahwa  mereka dianiaya dan disiksa untuk mendapatkan pengakuan atau untuk menyerah.

"Perlakuan kasar dan penyiksaan dilakukan dengan memukul dengan kabel logam, cambuk dan tongkat kayu atau logam, sengatan listrik, termasuk ditujukan pada alat kelamin, mencabut kuku, kekerasan seksual, termasuk perkosaan atau ancaman perkosaan. Penyiksaan juga dilakukan dengan eksekusi pura-pura, membakar dengan rokok, kurang tidur, sel isolasi, dan memperlihatkan penyiksaan pada kerabat," kata laporan itu.

"Laporan menunjukkan bahwa anak-anak juga diikat dari dinding atau langit-langit dengan pergelangan tangan atau anggota tubuh lainnya, dipaksa untuk memasukkan kepala, leher dan kaki mereka melalui ban saat dipukuli, atau diikat ke papan dan dipukuli.

Laporan tersebut mengutip seorang anak 16 tahun yang mengatakan bahwa dia menyaksikan teman laki-lakinya berusia 14 tahun menderita kekerasan seksual dan kemudian dibunuh. Tuduhan lain adalah anak laki-laki dan perempuan diperkosa. Seorang anak usia 16 tahun  mengatakan bahwa  anak-anak dan orang dewasa dipukuli dengan batang logam, kuku mereka ditarik keluar, jari-jari mereka dipotong." Atau punggung mereka dipukuli dengan palu, kadang-kadang sampai mati," tambahnya.

Masalah Akses dan Keamanan

Tuduhan juga ditujukan pada kelompok oposisi yang melakukan kekerasan seksual, tapi PBB tidak mampu untuk menyelidiki lebih lanjut mereka karena kurangnya akses, kata laporan itu.

Ban menambahkan bahwa pasukan oposisi merekrut dan menggunakan anak-anak untuk bertempur atau mendukung pertempuran. Sementara pasukan pemerintah menggunakan anak-anak sebagai perisai manusia.

Laporan mencatat bahwa selama dua tahun pertama konflik, sebagian besar pembunuhan dan kekerasan pada anak-anak dikaitkan dengan pasukan pemerintah, terutama terkait peningkatan akses ke senjata berat. Namun penggunaan taktik teror oleh kelompok oposisi semakin terlibat kekerasan pada anak-anak  pada tahun 2013.

"Kelompok-kelompok oposisi bersenjata juga terlibat dalam eksekusi anak-anak," Ban mengatakan. Dan disebutkan  bahwa kurangnya akses, termasuk untuk alasan keamanan, membuat dokumerntasi tim PBB kurang sistematis.

Rumah Sakit Jadi Target

Sekolah dan rumah sakit telah menjadi ditargetkan oleh semua pihak, dengan indikasi bahwa pasukan pemerintah adalah pelaku utama terhadap rumah sakit dan infrastruktur kesehatan lainnya, terutama fasilitas kesehatan darurat yang digunakan oposisi untuk menjalankan  serangan dan ancaman terhadap tenaga medis, kata laporan itu.

"Pejuang oposisi dan warga sipil yang terluka, termasuk anak-anak, dirawat di rumah sakit pemerintah di daerah yang pro oposisi di Aleppo, Dar'a, Homs dan Idlib, dilaporkan, ditahan, dianiaya oleh dokter sipil atau unsur-unsur pasukan pemerintah," kata dia. PBB juga menerima laporan tentang kasus di mana kelompok-kelompok oposisi menolak perawatan medis untuk pejuang pro pemerintah yang terluka.

Dalam daftar rekomendasi, Ban menyeruka kepada semua pihak untuk menghentikan semua pelanggaran berat terhadap anak-anak. Laporan menyerukan mengakhiri semua serangan membabi buta dan berlebihan pada masyarakat sipil, termasuk taktik teror, serangan udara, senjata kimia dan artileri berat. Hal itu untuk memungkinkan akses bantuan kemanusiaan dan  segera membebaskan perempuan dan anak-anak yang diculik. (un.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home