Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 00:00 WIB | Kamis, 16 Januari 2014

Laporan: Tingkat Permusuhan Antaragama Mencapai Angka Tertinggi (2)

Persentase kekerasan berbasis agama terhadap kelompok agama minoritas.

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – The Pew Research Centre merilis hasil penelitiannya mengenai pembatasan hak beragama dan permusuhan antaragama di dunia. Laporan penelitian yang dirilis pada Selasa (14/1) ini mengungkapkan bahwa permusuhan antaragama mencapai tingkat tertinggi selama enam tahun terakhir.

Meningkatnya peristiwa kekerasan berbasis agama di beberapa negara menjadi pemicu peningkatan persentase permusuhan antaragama. Sebagai contoh misalnya penindasan terhadap kelompok agama minoritas oleh individu atau oleh kelompok masyarakat. Penindasan terhadap kelompok minoritas ini dapat berupa tuduhan melakukan penistaan agama ataupun tuduhan mengintimidasi kelompok agama mayoritas.

Pada 2012, telah terjadi insiden kekerasan yang menjadikan kelompok minoritas sebagai sasaran penyerangan di 47 persen negara. Angka ini naik dari 38 persen pada tahun 2011 dan 24 persen di awal tahun penelitian.

Di Libya, dua orang jemaat dibunuh dalam suatu penyerangan di Gereja Koptik di kota Misrata pada Desember 2012. Menurut Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS), sejak revolusi tahun 2011, inilah penyerangan pertama di Libya yang secara khusus menjadikan gereja sebagai target.

Di beberapa negara, kekerasan terhadap kelompok agama minoritas terjadi berturut-turut selama beberapa tahun terakhir. Di kelompok mayoritas Buddha Sri Lanka, para pendeta Buddha menyerang tempat-tempat ibadah umat Islam dan Kristen. Penyerangan itu dilancarkan terhadap sebuah mesjid di Dambulla pada April 2012 dan secara paksa menduduki Gereja Adven Hari Ketujuh di Deniyaya yang kemudian diubah menjadi kuil Buddha pada Agustus 2012.

Demikian pula yang terjadi di Mesir. Di kelompok mayoritas Islam Mesir, terjadi penyerangan terhadap beberapa Gereja Koptik Mesir dan tempat-tempat usaha yang dimiliki oleh umat Kristen.

Misalnya pada Agustus 2012, di desa Dahshur, perselisihan antara seorang umat Kristen dengan seorang umat Islam berujung pada kematian, sedangkan lusinan lainnya menderita luka-luka. Beberapa rumah dan tempat usaha umat Kristen juga mengalami pengrusakan dan hampir seluruh keluarga Kristen meninggalkan desa tersebut.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pada 2012 telah terjadi peningkatan kekerasan atau ancaman kekerasan yang digunakan untuk memaksa orang mematuhi norma-norma agama. Peristiwa tersebut terjadi di 39 persen negara, meningkat dari 33 persen pada 2011 dan 18 persen pada pertengahan 2007.

Misalnya di Vietnam, agama resmi yang diakui pemerintah adalah Cao Dai, yaitu suatu gerakan sinkretisme agama di Vietnam yang telah ada sejak abad ke-20. Namun dewan pengelola Cao Dai mengatur suatu serangan terhadap pengikut kelompok Cao Dai yang tidak diakui pada September 2012. Enam orang luka-luka. Kepala dewan pengelola Cao Dai mengatakan bahwa alasan penyerangan tersebut adalah karena kelompok itu tidak menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan oleh dewan.

Permusuhan antaragama ini juga dapat berupa usaha memaksa penerapan norma-norma agama di beberapa negara lainnya. Di India, anggota organisasi nasionalis Hindu, Hindu Jagarana Vedike, memaksakan penerapan kode moral. Penerapan nilai moral ini misalnya dengan menyerang sekelompok anak muda yang minum dan menari pada sebuah pesta ulang tahun di Kamataka.

Di beberapa wilayah Somalia yang dikuasai kelompok militan Islam al-Shabab, terdapat beberapa aturan “Islam”. Aturan tersebut diantaranya menganggap bioskop, musik, merokok, dan mencukur janggut sebagai perilaku yang “bukan Islam” sehingga harus dilarang. Seorang laki-laki berusia 24 tahun di Barawa dipenggal kepalanya pada November 2012 karena tuduhan konversi ke agama Kristen.

Pelecehan Terhadap Perempuan

Hasil penelitian terbaru Pew menemukan adanya pelecehan terhadap perempuan karena pakaian keagamaannya. Pelecehan ini terjadi di hampir sepertiga (32 persen) negara-negara di dunia, meningkat dari seperempat (25 persen) pada 2011 dan kurang dari satu dari sepuluh negara (7 persen) pada pertengahan 2007.

Di China misalnya. Pada November 2012, seorang laki-laki dari etnis Han mendekati seorang perempuan Islam dari etnis Uighur di provinsi Henan dan melepaskan cadarnya. Protes keras disampaikan oleh kelompok Uighur sebagai aksi perlawanan atas insiden tersebut. Dan, di Moldova, dua orang laki-laki menyerang seorang perempuan Islam di ibu kota Chisinau dengan memanggilnya “teroris” dan merobek jilbabnya.

Kekerasan Berbasis Agama

Kekerasan berbasis agama yang dilakukan masyarakat terjadi di seperempat (25 persen) negara-negara, meningkat dari 18 persen pada 2011 dan 12 persen pada pertengahan 2007. Pada Mei 2012, sekelompok umat Islam di Kenya menyerang dan membunuh dua orang pendeta yang tengah mengunjungi seorang umat Kristen yang telah menjadi mualaf.

Merujuk pada Deplu AS, kekerasan serupa juga terjadi di Indonesia. Sebuah kelompok Islam menjadikan rumah-rumah ibadah, sekolah keagamaan, dan rumah-rumah umat Islam yang mereka anggap tidak seasas.

Pada Agustus 2012, sekitar 500 orang Islam Sunni garis keras menyerang komunitas Syiah di Sampang. Setidaknya dua orang terbunuh dalam aksi penyerangan tersebut. Selain itu, lusinanan rumah dibakar dan ratusan orang harus mengungsi.

Sedangkan di Nigeria, ratusan pemuda Islam menyerang dan membakar rumah ibadah dan tempat usaha milik umat Kristen pada November 2012. Empat orang umat Kristen terbunuh dalam kejadian tersebut. Peristiwa ini terjadi setelah umat Kristen dituduh melakukan penistaan.

Kekerasan dan Terorisme Berbasis Agama

Selama 2012, kekerasan dan terorisme berbasis agama terjadi di sekitar seperlima (20 persen) negara di dunia, tidak berbeda jauh dengan 2011 (19 persen), tapi melonjak tajam dari tahun 2007 (9 persen).

Pada Maret 2012 di Toulouse, Prancis, seorang ekstremis Islam membunuh seorang rabi dan tiga orang anak Yahudi di sekolah Yahudi.

Selain itu, pada Agustus 2012 di Wisconsin, AS, terjadi penembakan di sebuah kuil Sikh. Penembakan ini membunuh enam orang jemaat, dan tiga orang lainnya terluka.

Di beberapa negara yang sebelumnya pernah mengalami serangan terorisme berbasis agama, serangan serupa makin meningkat.

Serangan yang dilancarkan al-Shabab di sebuah mall di Nairobi diliput secara luas pada 2013 (peristiwa tersebut berada di luar rentang waktu penelitian ini). Penyerangan ini merupakan bukti adanya peningkatan aksi  terorisme berbasis agama yang konsisten di Kenya.

Pada Juli dan November 2012, kelompok militan menyerang gereja-gereja di dekat perbatasan Kenya-Somalia dengan menggunakan granat dan senjata api lainnya. Peristiwa ini meninggalkan lusinan orang meninggal dan 50 lainnya terluka.

Kekerasan Sektarian

Penelitian juga menemukan bahwa negara-negara yang mengalami kekerasan sektarian meningkat tahun lalu. Kekerasan sektarian ini dilaporkan terjadi hampir seperlima (18 persen) dari negara-negara di dunia pada 2012, naik dari 15 persen pada 2011 dan 8 persen pada pertengahan 2007.

Di China misalnya, ketegangan sektarian berujung pada kekerasan pada Oktober 2012. Kejadian bermula ketika seorang pendeta Buddhist Tibet memimpin penyerangan terhadap Islam Hui di sebuah situs di mana sebuah mesjid tengah dibangun di provinsi Gansu.

Kekerasan sektarian juga masih terus berlangsung di beberapa negara selama 2012. Di Burma (Myanmar), kekerasan komunal antara Islam Rohingya dan Buddhist Rakhine menghasilkan ratusan korban tewas dan lebih dari seratus ribu orang mengungsi dari tempat tinggalnya.

Di Suriah, perang sipil yang berlangsung meninggalkan puluhan ribu korban jiwa dan jutaan pengungsi beberapa tahun terakhir. Dan di Irak, perselisihan sektarian antara Islam Sunni dan Syiah tetap berlanjut, dan aksi penyerangan terus terjadi hampir setiap harinya. (pewforum.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home