Loading...
INDONESIA
Penulis: Sabar Subekti 08:06 WIB | Rabu, 13 Mei 2015

Mahasiswa Korban Sinabung Perlu Beasiswa

Posko GBKP: 700 mahasiswa yang membutuhkan beasiswa. Baru 30 persen yang sudah mendapatkan bantuan melalui ''orangtua angkat''.
Seorang pelajar menggendong bocah dari keluarga korban letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Dia berusaha tetap gembira dan terus belajar di tengah situasi yang berat. Sekitar 700 mahasiswa dari keluarga korban membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan kuliah. (Foto: satuharapan.com/Petrus Sugito)

KABANJAHE, SATUHARAPAN.COM – Ratusan mahasiswa korban letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, membutuhkan dukungan untuk menyelesaikan kuliah. Mereka terancam putus kuliah karena masalah biaya untuk kelanjutan kuliah yang tengah ditempuh di perguruan tinggi baik di Sumatera Utara atau di daerah lain.

Ketua Moderamen Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Pdt. Agustinus Purba, STh MA, mengatakan ada sekitar 700 mahasiswa dari keluarga yang terkena dampak dari dua letusan Gunung Sinabung pada tahun 2010 dan 2012. Mereka terancam tidak bisa melanjutkan kuliah karena orangtua tak lagi mampu membiayai.

Pokso bantuan bencana Gunung Sinabung yang dikelola oleh GBKP terus mencatat nama-nama mahasiswa yang membutuhkan beasiswa. “Sampai sekarang ada sekitar 700 mahasiswa yang tercatat di Posko GBKP, tetapi baru sekitar 30 persen yang mendapatkan “orangtua angkat” untuk bantuan kuliah, dan baru diprioritaskan mahasiswa yang hampir menyelesaikan kuliah,” kata Agustunus Purba yang sebelumnya adalah Ketua Departemen Diakonia GBKP yang mengelola Posko bantuan sejak letusan pertama Sinabung.

Sekarang ini sekitar 2.000 keluarga dari sembilan desa di lereng Sinabung yang masih mengungsi, termasuk dari tiga desa, yaitu Simacem, Bekerah, dan Sukameriah, yang tidak bisa kembali ke desanya karena kawasan itu tertimbun material vulkanik dan dalam bahaya karena aktivitas vulkanik.

Kebanyakan dari mereka sekarang tinggal bersama dengan menyewa rumah atau bangunan. Salah satu yang disewa pengungsi adalah bekas ruang kuliah milik Universitas Karo di Kabanjahe. Setiap keluarga menyewa sepetak (4X4 meter) dari ruang besar dan harus membayar Rp 200.000 setiap bulan, termasuk untuk air dan listrik.

Ketua Moderamen Sinode GBKP, Pdt. Agustinus Purba, STh, MA

Untuk melanjutkan hidup, sebagian besar orang dewasa bekerja sebagai buruh harian di ladang orang dengan 

pendapatan sekitar Rp 60.000 sehari. Pendapatan mereka hanya cukup untuk makan, bahkan kadang-kadang kurang.

Para korban Sinabung sudah dua tahun mengungsi, dan sejak tujuh bulan lalu mereka keluar dari penampungan, dan sudah tidak mendapatkan bantuan. Kondisi itu yang membuat keluarga tidak mampu  membiayai anak yang sekolah, khususnya  mahasiswa yang membutuhkan biaya lebih banyak.

Usaha Posko GBKP

Melihat kondisi itu, Posko GBKP berinisiatif untuk mendata mahasiswa yang memerlukan bantuan, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan mitra lembaga ini di berbagai daerah dan negara. Beberapa pihak telah membatu mahasiswa untuk menyelesaikan kuliah.

“Tapi sejauh ini baru 30 persen yang telah mendapatkan ‘’orangtua angkat”. Kami masih membutuhkan untuk sisanya,” kata Agustinus Purba, dan disebutkan bahwa batuan itu untuk mahasiswa baik Kristen maupun Muslim. “Kami tidak membedakan,” kata dia.

Posko itu mengupulkan data mahasiswa korban Sinabung, termasuk nama, orangtua, tempat kuliah, jurusan dan semester yang telah dilalui, alamat dan nomor kontak.Lembaga atau perorangan yang membantu bisa mendapatkan data dari Posko GBKP dan bantuan bisa dikelola sesuai kondisi.

“Saya terharu bahwa di tengah bencana, keluarga korban banyak tetap berusaha agar anak-anak menyelesaikan pendidikan, meskipun kondisi ekonomi mereka jatuh. Bahkan warga dari desa yang dulu kurang menyadari pentingnya pendidikan, sekarang berubah dengan mendorong pendidikan bagi anak mereka,” kata Agustinus Purba.

Dia mengatakan, pendidikan bagi anak-anak korban letusan menjadi penting. Ini untuk mencegah pemiskinan dalam jangka panjang. “Kami akan terus berupaya agar semua yang membutuhkan bisa dibantu, dan untuk anak-anak yang masih sekolah dari TK sampai sekolah menengah, kami usahakan untuk mendapatkan keringanan,” kata dia.

Sekitar 2000 keluarga korban Sinabung masih tinggal di tempat sementara yang mereka sewa. Salah satunya adalah di bekas bangunan Universitas Karo di Kabanjahe yang dihuni ratusan keluarga. (Foto: Satuharapan.com/Tarigan)

Mengenai bantuan, Pokso GBKP berusaha untuk transparan dan terus berkomunikasi dengan para korban Sinabung. Untuk itu, data tentang mahasiswa yang telah dan belum mendapatkan bantuan selalu tersedia.  Posko ini juga mengeluarkan buku catatan lengkap penerimaan bantuan dan penyalurannya untuk mewujudkan transparansi dan tanggung jawab.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home