Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 07:40 WIB | Kamis, 28 Mei 2015

Mainan Kayu Tetap Eksis meskipun Tergerus Zaman

Mainan Kayu Tetap Eksis meskipun Tergerus Zaman
Mainan anak-anak mobil-mobilan berbagai bentuk yang terbuat dari kayu milik Umar yang terletak di kawasan Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan tetap eksis sampai dengan sekarang. Meski industri teknologi mainan anak-anak saat ini begitu pesat, namun tak membuat kios mainan anak-anak yang satu ini tergerus oleh zaman ujar Sukma (47) yang terlihat sedang merepasi salah satu mainan mobil kayu yang dijualnya mulai dari harga 50.000 Rupiah sampai dengan Rp 500.000, Rabu (27/5) (Foto-foto: Dedy Istanto).
Mainan Kayu Tetap Eksis meskipun Tergerus Zaman
Sukma (47) yang terlihat saat membersihkan mainan anak-anak mobil berbagai bentuk yang terbuat dari kayu dari debu jalanan di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.
Mainan Kayu Tetap Eksis meskipun Tergerus Zaman
Seorang anak saat melihat berbagai bentuk mainan mobil-mobilan yang terbuat dari kayu saat orangtuanya membeli untuknya sebagai alternatif di tengah pesatnya mainan-mainan anak saat ini.
Mainan Kayu Tetap Eksis meskipun Tergerus Zaman
Salah satu mainan mobil-mobilan dari kayu jenis truk yang dipesan sebanyak empat unit yang kini sudah sampai di Belanda menjadi satu hal yang membanggakan bagi Sukma.
Mainan Kayu Tetap Eksis meskipun Tergerus Zaman
Sukma (47) yang merupakan saudara dari Umar pemilik kios saat merapikan salah satu mainan mobil jenis kendaraan truk berukuran besar diantara deretan mainan yang dijual dengan harga berkisar Rp 50.000 sampai dengan Rp 500.000.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pesatnya teknologi mainan anak-anak  saat ini tak mempengaruhi sebuah kios dagangan mainan kayu ala Umar yang terletak di kawasan Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Kios usaha mainan mobil-mobilan yang materialnya terbuat dari kayu diawali sejak tahun 1997 dan bertahan sampai dengan sekarang.

Adalah Sukma (47) saudara dari Umar yang mengisi waktu untuk menjaga kios menceritakan mainan kayu dengan berbagai bentuk kendaraan ini dibuat dari berbagai wilayah, salah satunya dari Karawang. “Disini kami hanya menjual, tapi kadang juga membuat sendiri jika ada pesanan “, ujar Sukma.

Yang Tua dan Tetap Eksis

Hal yang menarik dari kisah mainan mobil kayu ini Sukma mengatakan, mainan ini merupakan sebuah kenangan yang melekat ketika sudah beranjak menjadi orangtua. Menurutnya banyak yang datang ke sini rata-rata pernah memiliki mainan mobil-mobilan dari sini pada masa kecilnya, dan sekarang mereka kembali ke sini untuk membeli hal yang sama kepada anak-anaknya sekarang, katanya sambil membersihkan mainan dari debu jalanan.

Mainan mobil-mobilan kayu yang tetap eksis sampai dengan saat ini menjadi pelengkap akan pesatnya industri teknologi mainan yang saat ini merajalela. Di tengah maraknya mainan impor yang terus berdatangan dari negeri Tiongkok tak membuat kios mainan kayu berukuran sekitar 4x6 meter hilang dari pasaran.

Mainan mobil-mobilan kayu yang dibandrol mulai dari harga Rp 50.000 sampai dengan Rp 500.000 ini setiap harinya masih diminati oleh para pembeli. Sukma mengatakan setidaknya ada sekitar 10-15 pembeli dalam setiap harinya yang datang ke kios ini.

Ancaman Pasar Bebas

Indonesia merupakan salah satu  pasar mainan yang diminati oleh sejumlah negara industri baik di Asia maupun di Eropa. Menghadapi pasar bebas Indonesia harus mampu bersaing dengan berbagai produk yang didatangkan dari negara-negara luar, salah satunya adalah mainan anak-anak.

Pada tahun 2014 lalu target volume dagang antara Indonesia dengan Tiongkok mencapai US$ 80 miliar yang nantinya kedua negara harus memfasilitasi hubungan dengan membuka lebih banyak pasar bebas. Pasar Tiongkok terbuka untuk seluruh produk yang dibuat dari Indonesia, dan Tiongkok berharap produknya juga diperlakukan hal yang sama.

Dalam perdagangan bebas antara Indonesia dengan Tiongkok melalui ASEAN – China Free Trade Area (ACFTA) berpotensi membangkrutkan banyak perusahaan dalam negeri. Diperkirakan yang akan mengalami kebangkrutan pada perusahaan kecil menengah diantaranya industri tekstil, mainan anak-anak, furnitur, keramik serta elektronik. Sementara dengan adanya pemberlakuan ACFTA, Tiongkok memperoleh keuntungan dari ketersediaan yang ada di Indonesia. Salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya alam dan energi Indonesia untuk menggerakan industrinya dengan biaya yang murah dan hasilnya kemudian dipasarkan kembali ke Indonesia.

Menghadapi pasar bebas antara Indonesia dan Tiongkok juga ada untung dan ruginya. Salah satu keuntungannya produk-produk yang dibuat asli Indonesia dapat lebih luas dikenal di pasar Tiongkok, sedangkan ruginya karena murahnya produk-produk Tiongkok yang masuk ke Indonesia yang dinilai tidak melihat kondisi harga di pasar.

Menghadapi hal itu pemerintah terus gencar mensosialiasikan untuk mencintai produk dalam negeri kepada masyarakat. Mencintai produk dalam negeri dinilai mampu membantu meningkatkan pendapatan kas negara, salah satunya produk asli buatan asli anak negeri “ Made in Indonesia “ mainan mobil-mobilan kayu milik Umar.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home