Loading...
INDONESIA
Penulis: Bayu Probo 11:02 WIB | Sabtu, 03 Januari 2015

Marsdya Agus Supriatna: TNI AU akan Remajakan Alutsista

Marsdya Agus Supriatna. (Foto: setkab.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Marsekal Madya (Marsdya) TNI Agus Supriatna yang baru dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/1) siang, menyampaikan TNI AU akan meremajakan Alat Utama Sistem Persenjataan (alutsista).

TNI AU berencana mengganti F-5. Ia menyebutkan, selain itu, juga akan datang pesawat-pesawat helikopter, dan juga Hercules dari Australia.

KSAU meminta bantuan media agar alutsista TNI AU makin mutakhir. “Tidak bisa kalau hanya dari kita. Bantuan media sudah pasti, kalau media yang berbicara, pasti didukung oleh pemerintah juga,” ujarnya.

KSAU juga menambahkan tentang pentingnya pesawat angkut melihat begitu banyak bencana alam yang terjadi di Indonesia. “Pada saat saya jadi Pangkoops juga ada kejadian Sinabung maupun banjir bandang di Manado, saya langsung gerakkan pesawat,” dia menjelaskan. 

Radar Bagus

Agus juga ingin TNI AU bisa memiliki radar yang lebih canggih. Dengan radar yang bagus, kata Agus, TNI AU akan dapat segera tahu kalau ada pesawat asing yang masuk ke wilayah Indonesia.

“Kalau mempunyai radar di mana-mana, ya tidak akan ada yang masuk. Baru masuk sebentar saja sudah di-force down oleh kita,” kata Agus Supriatna kepada wartawan Jumat.

Terkait dengan kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501, KSAU mengatakan, peran dari TNI-AU pertama kali dari Hercules yang bisa melihat ada sepuluh puing, kemudian melaporkan ke Basarnas karena leading sector-nya Basarnas yang akan menindaklanjuti.

KSAU berharap black box pesawat tersebut bisa segera ditemukan, sehingga bisa segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di cockpit pesawat nahas itu, termasuk apa yang dibicarakan oleh kapten dan ko-pilot bisa dianalisis.

Soal musibah pesawat AirAsia QZ8501 itu, KSAU Marsdya Agus Supriatna mengingatkan pentingnya memiliki radar yang canggih untuk menghindari awan cumulonimbus (Cb).

“Awan ini berbahaya, harus dihindari oleh pesawat apa pun. Karena saya juga punya pengalaman masuk ke awan Cb, empat pesawat kita Sky Hawk, satu hilang. Karena kita tidak punya radar, kalau kita punya radar pasti kita menghindar,” kata KSAU. (setkab.go.id)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home