Mayoritas Pemilih Jakarta Tentukan Pilihan Secara Mandiri
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengamat politik dari lèmbaga penyelenggara jasa konsultasi politik Polmark Indonesia, Eep Saefullah Fatah, mengemukakan warga di Jakarta yang sudah dapat menggunakan hak politik dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan pemilih yang mandiri dalam memilih kandidat yang dipilih.
“Kemandirian politik pemilih di Jakarta tidak dapat kita abaikan, saya dan Polmark Indonesia sudah mengadakan tiga kali survei secara terbatas di Jakarta ini,” kata Eep saat menyampaikan materi di pelatihan digital kepada Relawan Anies-Sandi bertajuk "Insider" (Anies Baswedan Sandiaga Uno Digital Volunteer) hari Rabu (23/11) di Metropolitan Tower, Jl. TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Eep mengemukakan survei tersebut berkaitan dengan pilihan pemimpin kepala daerah DKI Jakarta untuk periode berikutnya.
“Survei pertama yang dilakukan Februari 2016 namun tidak pernah dipublikasikan karena memang survei itu digunakan untuk memetakan, lalu kemudian survei yang kedua pada (bulan) Juli, dan yang terakhir (bulan) Agustus,” dia menjelaskan.
Dia tidak memerinci hasil survei tersebut, karena masih menjadi kerahasiaan Polmark Indonesia.
“Apa yang kami temukan yang pertama yang penting adalah kemandirian pemilih di Jakarta amat sangat tinggi, karena berdasar tiga survei tersebut selalu saja kami menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen pemilih di Jakarta mengatakan pihak yang paling berpengaruh terhadap pilihan mereka (dalam pemilihan umum atau kepala daerah) adalah diri sendiri,” kata Eep.
Eep mengemukakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi pemilih di Jakarta adalah pihak keluarga, selain keluarga pihak lain yang mempengaruhi adalah tetangga di rumah, kemudian ada juga pengaruh dari tokoh masyarakat setempat. “Setelah itu ketua RT, RW, lurah, namun tokoh nasional atau tokoh bangsa hampir tidak ada pengaruhnya,” kata dia.
Dia mengemukakan berdasar perhitungan persentase yang dilakukan Polmark Indonesia, bahkan hampir 80 persen pemiilih di Jakarta menentukan pilihannya dengan bertumpu kepada diri sendiri, atau orang yang dekat dengan mereka seperti keluarga.
Metode yang Digunakan
Eep menuturkan data dari Polmark Indonesia yang berkaitan dengan petahana (pejabat yang masih memimpin) juga turut mempengaruhi pilihan dari seorang pemilih di Jakarta
“Pada Oktober (2016) elektabilitas petahana tinggal 32 persen, padahal Juli masih 43 persen, nah terjadi penurunan sebesar 10,8 persen mulai awal Juli hingga awal Oktober,” kata Eep.
Eep mengatakan Polmark Indonesia saat mengadakan survei selalu menggunakan 1200 responden. “Kenapa harus menggunakan ribuan responden ? agar margin of errornya rendah hanya 2,9 persen, kalau kita ambil Jakarta dengan pemilih besar yang 400 responden saja maka margin of errornya sangat besar sehingga perbedaan 3 persen 4 persen tidak berarti,” kata Eep.
Editor : Eben E. Siadari
Sri Mulyani Klarifikasi Alasannya Kerap Bungkam dari Wartawa...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan ter...