Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 08:10 WIB | Selasa, 17 November 2015

Menag: Santri Itu Toleran dan Rendah Hati

Menag Lukman Hakim Saifuddin memberikan sambutan pada Gebyar Hari Santri Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat serta Penyerahan Eco Pesantren Awards Tahun 2015, di Kompleks Budaya Sabilulungan, Soreang, Bandung, hari Senin (16/11). (Foto: kemenag.go.id)

SOREANG, SATUHARAPAN.COM – Santri itu toleran. Santri itu rendah hati. Santri itu cinta Tanah Air. Tiga pesan itu dikatakan Menag Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan sekaligus membuka Gebyar Hari Santri Tingkat Provinsi Jawa Barat, pada hari Senin (16/11) pagi.

Ribuan santri berkumpul di kompleks Gedung Budaya Sabilulungan, Soreang, Bandung. Mereka hadir  untuk memeriahkan Gebyar Hari Santri Tingkat Provinsi yang digelar Kanwil Kemenag Jawa Barat.

Selain ribuan santri, Gebyar Hari Santri yang merupakan kelanjutan dari pencanangan Hari Santri Nasional (HSN) pada 22 Oktober lalu oleh Presiden Jokowi ini, dihadiri Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Kakanwil Kemenag Jawa Barat A Bukhori, Ketua OJK, Pimpinan Wilayah I Bank BJB Isa Anwari, Direktur Pontren Mohsen, dan para pengasuh pondok pesantren di Jawa Barat.

Menurut Menag, Indonesia belum tentu menjadi Indonesia seperti sekarang ini tanpa kehadiran santri dan pondok pesantren. Selain menghargai jasa santri untuk bangsa ini, HSN juga dicanangkan agar generasi mendatang dapat meneladani perjuangan para santri, kiai, dan pahlawan dalam memperkokoh keislaman dan keindonesiaan sekaligus.

 “Islam Indonesia adalah Islam kita, yang menjunjung tinggi nilai luhur keindonesiaan,” kata dia.

Sehubungan itu, kata Menag, sedikitnya ada ciri utama yang melekat pada diri seorang santri, yaitu toleran, rendah hati, dan cinta Tanah Air. Menurutnya, santri Indonesia adalah mereka yang selalu mengembangkan nilai-nilai wasathiyyah (moderat), tasammuh (toleran), tidak ekstrem, serta tawazzun (berimbang). 

“Itulah nilai Islam yang diajarkan para guru kita. Kalaulah ada santri yang ekstrem, tentu itu bukan santri. Itu santri yang gadungan, santri produk instan,” kata Menag yang disambut riuh tepuk tangan ribuan santri santriwati yang hadir.

Ciri kedua, santri dikenal sebagai pribadi rendah hati, bukan rendah diri. Setinggi apa pun ilmunya, setiap santri dengan rendah hati selalu memiliki kesadaran tidak merasa paling benar.

“Seorang santri, semakin berisi semakin tawadhu, semakin menghargai perbedaan yang ada di pihak lain. Bukan sebaliknya, yang suka menyalah-menyalahkan dan mengkafir-mengkafirkan orang lain,” kata dia.

Ciri ketiga, di manapun  berada, santri selalu memiliki kesadaran cinta Tanah Air. Ketiga ciri ini, menurut Menag tidak bisa dipisahkan dari diri seorang santri. “Peganglah prinsip ini. Inilah ciri seorang santri,” Menag berpesan.

Gubenur Jabar Ahmad Heryawan dalam sambutannya menyampaikan bahwa peran santri sangat signifikan untuk kemerdekaan Indonesia. Untuk itu, sosok yang akrab disapa Aher ini mengaku akan terus memberikan keberpihakan kepada pesantren.

“Saatnya kita menghadirkan keberpihakan untuk pesantren dan santri,” katanya.

“Kami membangun ribuan kelas setiap tahun. Semua mendapat jatah yang sama, baik di bawah naungan Kemenag maupun naungan Kemendikbud,” dia menambahkan.

Pada kesempatan itu, Menag Lukman Hakim secara simbolik menyerahkan bantuan beasiswa kepada 1.024 santri, serta Eco Pesantren Awards ke sejumlah pesantren di Jawa Barat.

Sementara itu, selaku tuan rumah, Bupati Bandung, Dadang Muhammad Nasser, menyampaikan komitmennya untuk terus mengembangkan pesantren. Salah satunya melalui program zakat center yang diharapkan dapat memelopori kemajuan pembangunan masyarakat dan santri di Bandung.(kemenag.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home