Loading...
FOTO
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 13:44 WIB | Senin, 31 Maret 2014

Mengarak Ogoh-ogoh Menjelang Nyepi

Mengarak Ogoh-ogoh Menjelang Nyepi
Sejumlah pemuda saling serang dengan api sabut kelapa dalam tradisi perang api di Desa Petulu, Gianyar, Bali, Minggu (30/3). Tradisi tersebut digelar untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1936 sekaligus untuk memupuk persaudaraan. (Foto-foto: Antara)
Mengarak Ogoh-ogoh Menjelang Nyepi
Sejumlah umat Hindu (Pemangku Suku Tengger) menyiramkan air suci pada "Ogoh-Ogoh" sebagai bentuk perlambang sifat buruk yang harus dibersihkan dan disucikan, saat acara Tawur Agung Kesanga yang dilakukan di Desa, Tosari, Pasuruan, Jatim, Minggu (30/3). Puluhan Ogoh-Ogoh yang diarak dari enam desa, yang ada di Kecamatan Tosari tersebut, seluruhnya dikumpulkan di halaman Kecamatan Tosari untuk di doakan untuk menetralisir kekuatan negatif dan sifat buruk menjelang perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1936.
Mengarak Ogoh-ogoh Menjelang Nyepi
Umat Hindu mengikuti upacara Tawur Kesanga di Pura Tunggal Ika Kemuning, Karnganyar, Minggu (30/3). Upacara Tawur Kesanga digelar sebagai penyucian diri guna memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936.
Mengarak Ogoh-ogoh Menjelang Nyepi
Sejumlah umat Hindu mengusung ogoh-ogoh keliling kota di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/3). Pawai ogoh-ogoh itu adalah salah satu ritual sebelum dilakukan persembahyangan Tawur Kesanga menjelang perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1936.
Mengarak Ogoh-ogoh Menjelang Nyepi
Sejumlah umat Hindu mengarak "Ogoh-Ogoh" atau boneka raksasa yang melambangkan Bhuta Kala (sifat-sifat buruk) menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1936 di Kota Ambon, Maluku, Minggu (30/3). Umat Hindu menggelar parade Ogoh-Ogoh berkeliling kota untuk menetralisir kekuatan negatif dan sifat buruk agar Hari Raya Nyepi dapat dilaksanakan dengan penuh keheningan serta tanpa gangguan apapun.

SATUHARAPAN.COM - Umat Hindu di Indonesia pada Senin (31/1) tengah memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1936. Tiga atau dua atau satu hari sebelumnya berbagai ritual keagamaan digelar umat Hindu seperti upacara mengarak Ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh adalah patung yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud Rakshasa.

Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat.

Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. (wikipedia.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home