Loading...
SAINS
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 22:41 WIB | Minggu, 10 April 2016

Mengenal dan Peduli Autisme

Dokter spesialis anak, Dr Melly Budhiman saat konferensi pers mengenai individu autistik di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, hari Rabu (6/4) (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pada tanggal 2 April lalu, kita memperingati Hari Peduli Autisme Sedunia. Di Indonesia, Autisme memang terbilang kecil sehingga tak menjadi perhatian utama bagi pemerintah untuk melakukan pencegahan maupun pengobatan bagi individu autistik.

Apakah Autisme itu?

Dokter spesialis anak, Melly Budhiman mengatakan autisme bukanlah penyakit tetapi penyimpangan dalam perkembangan perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autisme dapat dideteksi sejak bayi berumur dua bulan. Menurut dunia kedokteran, bayi berumur dua bulan sudah memiliki pendengaran yang tajam, matanya sudah bisa mencari di mana ibunya. Namun, jika bayi ini mengalami autisme, dia  akan cenderung cuek.

“Di usianya yang berumur 1,5 tahun, perkembangannya mengalami kemunduran perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Biasanya menyerang saraf sensorik yaitu  penglihatan, pendengaran, penciuman dan peraba,” kata Melly dalam Konferensi Pers Autism Awareness Month di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, hari Rabu (6/4).

Hingga saat ini, kata dia, penyebab autisme masih belum dapat diketahui secara medis. Namun, beberapa penelitian oleh beberapa negara besar mengatakan penyebab autisme adalah dari faktor genetik dan berbagai paparan negatif dari lingkungan.

Melly kemudian menjelaskan ada tiga contoh kecil individu autistik. Yaitu tidak tahan dengan label merk yang ada di baju bagian pundak. Dia akan merasa sangat gatal dan tidak nyaman dengan label tersebut. Biasanya, orang tua yang memiliki anak autistik akan memotong label tersebut sehingga anaknya merasa nyaman ketika memakai baju.

Contoh lainnya adalah sinar yang terlalu terang. Individu autistik akan terganggu dengan sinar yang terlalu terang. Menurut mereka, sinar itu seperti ribuan pedang yang menusuk mata mereka. Biasanya mereka lebih senang memakai topi dan kacamata hitam untuk membantu menghindari melihat secara langsung sinar tersebut.

Contoh ketiga adalah bunyi jarum jam. Individu autistik tidak akan bisa tidur ketika mendengar suara jarum jam di ruangan mereka. Menurut mereka, suara itu adalah suara bising yang memekakkan telinga mereka.

Di Indonesia sendiri belum ada angka pasti ada berapa individu autistik. Indikator peningkatan baru dapat diperoleh dari catatan praktek dokter –yang dari menangani 3-5 pasien baru per tahun, kini menangani tiga pasien baru setiap hari dan itu pun dibatasi– dan catatan penerimaan siswa di sekolah-sekolah.

Kepada pemerintah, Melly berharap individu autistik dapat lebih diperhatikan. Misalnya untuk usia bayi, departemen kesehatan harus dapat memfasilitasi dengan memberikan bantuan terapi kepada individu autistik apalagi untuk orang tua yang kurang mampu.

Kemudian, di usia sekolah, dinas pendidikan juga harus bisa memperhatikan mereka karena individu autistik memerlukan tenaga dan perhatian ekstra agar dapat berkembang. Termasuk memberikan jaminan keamanan dari praktik bullying di sekolah.

Di usia kerja, peran dinas tenaga kerja dan dinas sosial juga diperlukan untuk memfasilitasi individu autistik ini bekerja.

Apa yang harus dilakukan jika anak mengalami tiga gejala individu autistik?

Melly menyarankan supaya membawa anak ke dokter spesialis anak untuk didiagnosa. Setelah itu, dokter akan melakukan tes dan wawancara. Masing-masing anak memang berbeda perkembangan dan jenis autistiknya sehingga diperlukan terapi yang berbeda setiap anak tergantung diagnosis dokter.

“Memiliki semangat dan rasa cinta mendalam dibutuhkan oleh orang tua ketika memiliki anak individu autistik,” kata dia.

Grand Indonesia Peduli Autisme

Untuk memperingati Hari Peduli Autisme Sedunia, Grand Indonesia sebagai pusat perbelanjaan premium yang berlokasi di Jakarta Pusat ini mengadakan Autism Awareness Month mulai tanggal 6-17 April 2016  di Main Atrium East mall lantai 1.

“Kampanye unik yang diselenggarakan bekerja sama dengan Yayasan Autisma Indonesia merupakan aksi nyata dan kesungguhan kami dalam meningkatkan kepedulian para pengunjung mengenai autisme,” kata Dinia Widodo selaku Asisten Manajer Hubungan Masyarakat Grand Indonesia di Jakarta, hari Rabu (6/4).

Grand Indonesia mendirikan sebuah mini labirin yang dapat digunakan para pelanggan untuk merasakan secara langsung serta memperoleh pemahaman mengenai beragam hal yang dirasakan individu autistik ketika menerima rangsangan sensorik.

Selain mini labirin, pengunjung juga dapat mengikuti bincang interaktiv terkait autisme yang diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu pada  pukul 15.00-16.00 WIB.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home