Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:26 WIB | Rabu, 15 Oktober 2014

Menkes Luncurkan Iklan Masyarakat Korban Rokok

Iklan anti merokok,testimoni dari Manat Hiras Panjaitan. (Foto World Lung Foundation)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH meluncurkan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Korban Rokok, yang berjudul Berhenti Menikmati Rokok Sebelum Rokok Menikmatimu, di salah satu bioskop di Jakarta Selatan baru-baru ini.

Dalam sambutanya Menkes menyatakan, epidemi tembakau telah membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana 600 ribu di antaranya merupakan perokok pasif (data WHO 2014).

“Jika tidak ada penanganan yang serius, maka pada tahun 2030 diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah menjadi 8 juta orang dan sebagian besar  terjadi  di negara-negara berkembang," tegasnya.

 Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa perokok usia di atas 15 tahun sebanyak 36,3 persen. Sebagian besar dari mereka adalah perokok laki-laki dengan prevalensi 64,9 persen  dan  jumlah  ini merupakan yang terbesar di dunia. Sementara itu, prevalensi pada perempuan mengalami peningkatan dari 5,2 persen pada tahun 2007 menjadi 6,9 persen pada tahun 2013.  Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia usia 15 tahun ke atas juga merokok.

Menkes mengatakan, Salah satu tantangan yang harus kita sikapi bersama dalam pengendalian merokok adalah masih kuatnya iklan, promosi, dan sponsor perusahaan rokok. Ini dilakukan secara  masif dan intensif dan tertuju pada  anak-anak agar menjadi  perokok pemula 

ILM yang menampilkan penderita kanker tenggorokan akibat merokok aktif ini, akan ditayangkan selama 2 minggu berturut di 7 stasiun televisi swasta nasional dan di bioskop Jakarta (3 bioskop XXI dan 1 bioskop Blitzmegaplex). Tujuan penayangan ILM untuk untuk memperkuat pencantuman peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok yang sudah dimulai sejak 24 Juni 2014 lalu, serta meningkatkan kesadaran berhenti merokok, mencegah para perokok pemula, dan membebaskan masyarakat dari asap rokok pasif.

Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (2009), 89,3 persen  remaja Indonesia melihat iklan rokok di billboard, 76,6 persen di media cetak dan 7,7 persen pernah menerima rokok gratis. Sementara studi Universitas Muhamadiyah Prof. Hamka (UHAMKA) dan Studi Komnas Anak (2007) menunjukkan bahwa 70 persen remaja mengaku mulai merokok karena terpengaruh oleh iklan, 77 persen mengaku iklan menyebabkan mereka untuk terus merokok, dan 57 persen mengatakan iklan mendorong mereka untuk kembali merokok setelah berhenti.

Pada kesempatan terpisah, Enrico Aditjondro dari World Lung Foundation (WLF) mengatakan, Kami menyambut gembira upaya Pemerintah Indonesia untuk mengerahkan sumber daya dan usahanya demi diluncurkannya kampanye nasional media massa anti rokok ini. Hal ini juga merupakan upaya yang efektif untuk mengklarifikasi berbagai kesimpangsiuran informasi maupun campur tangan dari industri tembakau yang selama ini bergulir.

Diakhir sambutannya, Menkes mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mendukung dan menyukseskan upaya pengendalian tembakau. “Marilah kita ubah norma di masyarakat agar merokok tidak lagi menjadi norma sosial yang lazim dan yang dapat diterima masyarakat. Marilah kita ubah pula perilaku masyarakat terkait tembakau dan terkait merokok yang sangat merugikan kesehatan individu, masyarakat, dan negara ini, “ serunya.

Acara yang terselenggara atas kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan World Lung Foundation tersebut dihadiri oleh perwakilan WLF, Asosiasi Masyarakat Korban Rokok Indonesia (AMKRI), para Pemerhati Penggiat Pengendalian Tembakau dan perwakilan siswa siswi  SMA di Jakarta, dengan total peserta 120 orang. (depkes.go.id)

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home