Loading...
EKONOMI
Penulis: Martha Lusiana 21:02 WIB | Kamis, 20 Agustus 2015

Menkeu: Perang Mata Uang Penyebab Rupiah Lemah

Ilustrasi mata uang rupiah dan dolar. (Foto: Dok. satuharapan.com/Ant)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM  - Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro, mengatakan potensi terjadinya perang mata uang (currency war) saat ini menjadi salah satu penyebab nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

"Rupiah jadi susah untuk menguat karena yang lain melemah," kata dia saat ditemui seusai rapat paripurna DPR RI di Jakarta, Kamis (20/8).

Menkeu mengatakan potensi perang mata uang itu ada setelah aksi devaluasi Yuan Tiongkok serta Dong Vietnam. Menurutnya, tekanan eksernal tersebut secara tidak langsung memengaruhi kinerja rupiah.

Ia menyebutkan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah bukan karena isu fundamental, melainkan faktor eskternal kondisi global yang tidak bisa diprediksi.

"Yang terjadi pada hari-hari ini bukan karena isu fundamental, melainkan isu yang benar-benar global karena keseimbangan terganggu akibat Tiongkok mendevaluasi Yuan," ujar Menteri menegaskan.

Ia mengakui, kondisi rupiah telah undervalued, tetapi situasinya masih terjaga karena pemerintah bersama Bank Indonesia terus berupaya agar kurs tidak terlalu berfluktuasi terhadap dolar AS.

"Kita lihat kondisi fundamentalnya, tapi sekarang memang sangat undervalued, dan itu harus diupayakan untuk diperkuat," tuturnya.

Namun, ia menambahkan, dengan situasi tekanan global yang makin besar, nilai tukar rupiah justru tidak boleh terlalu kuat, karena akan kontradiktif dengan kondisi yang ada.

"Kalau rupiah terlalu diperkuat, dan menguat terhadap seluruh mata uang, nanti daya saing malah terganggu," kata Bambang menjelaskan.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih bergerak sekitar 13.800 rupiah per dolar AS, setelah sebelumnya berada pada angka 13.400-13.500 rupiah per dolar AS, ketika Tiongkok belum melakukan devaluasi Yuan hingga empat persen.

Kurs rupiah masih mendapat kesempatan untuk bergerak menguat dalam beberapa hari terakhir karena dolar AS mengalami sedikit depresiasi akibat pelaku pasar mengantisipasi kemungkinan The Fed menyesuaikan suku bunga pada September mendatang. (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home