Loading...
EKONOMI
Penulis: Martha Lusiana 16:43 WIB | Jumat, 14 Agustus 2015

Menko Perekonomian: Pelemahan Rupiah Masih akan Berlanjut

Ilustrasi: Darmin Nasution saat masih menjabat Gubernur Bank Indonesia pada 2013, dalam sebuah acara di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta. (Foto: Dok. satuharapan.com/ Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan, tekanan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap nilai tukar rupiah yang melemah mungkin akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.

"Ada masalah (ekonomi) internasional, ada juga (masalah ekonomi) regional dan domestik. Karena gabungan dari ketiga faktor tersebut, mau tidak mau membuat tekanan (dolar AS) pada (nilai tukar) rupiah tetap berlanjut," katanya di Jakarta, Jumat (14/8).

Pernyataan tersebut disampaikan seusai mengikuti acara Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam rangka Hari Ulang Tahun Ke-70 Proklamasi Kemerdekaan RI di Gedung Parlemen.

Menurut Darmin, ada beberapa faktor yang menyebabkan tekanan dolar AS terhadap nilai tukar rupiah masih akan berlanjut, salah satunya keadaan pasar yang tidak percaya dan minimnya investasi yang masuk.

"Bukan sekadar pasar yang tidak percaya, (melainkan) memang situasinya membuat tekanan pada rupiah,” ujar Darmin. Ia memaparkan bahwa masalah internasional, regional, dan domestik membuat tekanan terhadap rupiah akan muncul beberapa kali.

Seperti telah diberitakan, nilai tukar rupiah sempat menyentuh 13.800 rupiah per dolar AS. Nilai tukar rupiah terus melemah hingga sempat menyentuh level tertinggi pelemahan, yaitu 13.917 rupiah per dolar AS pada Rabu (12/8) kemarin.

Sebelumnya, Ketua Apindo Haryadi Sukamdani menilai bahwa nilai tukar rupiah yang menyentuh 13.800 rupiah per dolar AS sudah sangat berbahaya, maka penerapan kebijakan moneter yang tepat pun diperlukan untuk mengantisipasi semakin lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akibat tekanan global.

Menurutnya, pemerintah perlu memperbaiki kedisiplinan koordinasi dengan otoritas moneter, yaitu Bank Indonesia.

Selain itu, ia melanjutkan, pemerintah juga harus menahan laju penurunan ekonomi, salah satunya dengan mempercepat penyerapan anggaran belanja negara.

Realisasi belanja negara hingga 31 Juli 2015 menunjukkan penyerapan anggaran yang masih minim. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi anggaran baru mencapai 913,5 triliun rupiah, atau hanya 46 persen dari pagu belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar 1.984,1 triliun rupiah.

Ketua Apindo juga menilai pemerintah perlu menyingkirkan sumbatan-sumbatan bagi investasi asing yang akan masuk ke Indonesia.

Terkait hal itu, Darmin menilai, salah satu cara untuk memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah dengan mengundang investasi asing agar masuk, terutama dalam bentuk valuta asing (valas).

"Semua itu sangat tergantung seberapa berhasil kita mengundang, senang atau tidak senang, investasi masuk terutaman dalam bentuk dolar dan dalam valas," kata Darmin.

"Kalau ada capital inflow, tekanan dolar AS terhadap Rupiah akan cepat reda," kata Mantan Gubernur Bank Indonesia ini.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo, dalam pidato kenegaraannya, menyampaikan bahwa demi kepentingan nasional, sudah saatnya melakukan transformasi fundamental perekonomian nasional.

"Paradigma pembangunan yang bersifat konsumtif harus diubah menjadi produktif," kata Jokowi.

Presiden juga mengatakan bahwa kebijakan fiskal akan diarahkan untuk mendukung kemandirian fiskal melalui peningkatan penerimaan tanpa mengganggu iklim investasi.(Ant

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home